biem.co — Bekerja, bagi sebagian orang mungkin adalah separuh atau bahkan tiga perempat kehidupannya. Berangkat tiap pagi sebelum matahari menjelang, dan pulang saat matahari terbenam ke peraduannya. Begitu terus setiap hari. Bertahun-tahun. Hingga pensiun.
Maka menjadi tragedi saat kamu tidak bisa menemukan sekeping kebahagiaan di balik pekerjaan yang kamu lakoni saban hari.
Lalu sampai kapan sebuah pekerjaan layak ditekuni dengan sepenuh hati? Dan tanda apa yang kudu dikenali, bahwa mungkin itulah saatnya kita harus berani resign dan memburu perjalanan baru?
Dalam beragam literatur tentang employee engagement, terdapat beragam tanda atau gejala yang mungkin memicu orang untuk resign atau juga pindah ke ladang kerja yang baru.
Dikutip dari strategimanajemen.net, jika kamu merasakan 5 tanda ini dalam sekujur batinmu, mungkin sebaiknya bulan depan kamu mengajukan surat resign ke bagian HRD.
Morning Bad Mood
Kamu bangun setiap pagi untuk bersiap berangkat kerja, dengan semangat yang termehek-mehek. Mood-mu kurang bersemangat untuk melakoni rutinitas hari kerja. Apalagi jika hari itu adalah hari Senin. I hate Monday mungkin slogan yang lahir bukan tanpa dasar.
Mungkin kamu tidak mood karena segera membayangkan kemacetan yang menghadang. Mungkin semangatmu layu karena membayangkan pekerjaan di kantor yang menumpuk dan acap membosankan. Belum lagi membayangkan bos yang selalu mengingatkan deadline. Pendeknya, setiap kali bangun pagi untuk berangkat kerja, kamu tak lagi menemukan antusiasme untuk menuntaskan pekerjaan. Semangat kerjamu setiap pagi sudah jatuh ke titik nol. Ini tanda krusial bahwa kamu tak lagi menikmati pekerjaanmu. Lalu untuk apa diteruskan?
The Death of Your Self Growth
Ini tanda yang mungkin tak kalah kelamnya. Kamu merasa pekerjaanmu tidak bisa memberikan efek apa pun bagi pengembangan dirimu. Bagi self growth dan self development-mu. Ada pepatah yang layak di-stabilo, you are what you do. Kamu adalah apa yang kamu kerjakan setiap hari.
Jika pekerjaanmu selalu bisa memberikan tantangan dan ruang bagi pengembangan diri, skills-mu akan tumbuh. Sebaliknya, jika pekerjaanmu monoton dan tidak variatif, lama-lama potensi dirimu juga akan terkubur sunyi dalam rutinitas kerja yang membosankan.
Kamu merasa skills dan kompetensimu tidak nambah-nambah, dan malah stagnan. Dalam jangka panjang ini benar-benar berbahaya, potensi dirimu akan terkungkung dalam sangkar. Sel otakmu bisa menjadi tulalit. Dan kreativitasmu mati. Pelan-pelan, pekerjaanmu akan membunuhmu. Your job is killing you softly.
Becoming Complainers
Tanpa terasa, kamu jadi lebih sering komplain. Komplain bos yang terlalu demanding-lah. Komplain tentang kerjaan departemen lain-lah. Komplain tentang manajemen yang tidak fair-lah. Dan seterusnya, dan seterusnya. Komplain itu mungkin kamu bincangkan secara informal saat rehat makan siang. Atau via chat dengan rekan kerja yang lain.
Kamu jadi lebih banyak fokus pada sisi negatif di kantormu, riset memang membuktikan, karyawan lebih mudah melihat sisi negatif perusahaannya daripada sisi positifnya.
Sementara kata “kendala atau problem” lebih sering muncul dari mulutmu (dan bukan kalimat positif yang mencerminkan solusi). Komplain-komplain itu mungkin semacam “katarsis” untuk melampiaskan ketidakbahagiaanmu dengan pekerjaan yang kamu jalani. Semacam pelarian dari rasa galau dengan pekerjaan dan kantor tempatmu bekerja. Namun sampai kapan seperti itu? Kalau terus-menerus, jiwamu pelan-pelan akan mengalami kelelahan. Batinmu terkoyak.
Your Salary is Suck
Mungkin tanda ini yang juga sering kamu rasakan. Kamu mungkin merasa beban kerjamu tidak sebanding dengan gaji yang kamu terima. Mungkin kamu merasa diperlakukan dengan kurang adil. Sudah kerja keras hingga jungkir-balik, namun owner perusahaan sepertinya tidak bisa mengapresiasi keringatmu.
Gaji adalah salah satu elemen kunci penentu kebahagiaan kerja. Jika kamu terus-menerus tidak puas dengan elemen ini, kenapa masih mau bertahan? Demi janji-janji kenaikan gaji dan bonus yang tak kunjung ditepati? Demi harapan yang penuh kepalsuan? Dengan hati yang perih, kamu hanya akan menjadi korban PHP, pemberi harapan palsu.
No Sense of Inner Satisfaction
Saat sore menjelang dan kamu hendak pulang ke rumah, atau saat Jumat sore, setelah seminggu bekerja keras, kamu hanya merasakan kelelahan akibat beban kerja, dan sama sekali tidak merasakan “kepuasan akan hasil kerja” yang kamu rajut.
Banyak orang yang juga kerja keras jungkir-balik, setiap hari. Namun mereka selalu bisa menemukan kepuasan akan hasilnya, sebab mereka masih bisa menikmati pekerjaannya dengan penuh gairah dan dedikasi.
Saat kamu tidak lagi bisa menikmati pekerjaanmu maka seharian bekerja hanya membuatmu lelah, capek, dan sama sekali tidak bisa merasakan inner satisfaction atas hasil kerja yang sudah kamu tebarkan. Lalu apa lagi yang mesti kamu pertahankan? Sementara umur terus berjalan, kan?
Demikianlah 5 tanda yang jika kamu rasakan selama ini, mungkin menjadi petunjuk bahwa kamu harus resign dan mencari tempat baru yang lebih menjanjikan. (Red)