biem.co — Nama Tb. Latif tidak lagi asing bagi masyarakat Kota Serang, terutama bagi pecinta kuliner. Ya, Latif adalah sosok di balik suksesnya brand Kedai Sop Duren.
Sukses yang diraih Latif bukanlah satu proses yang satu malam jadi. Sederet cerita panjang ikut mewarnai perjalanannya dalam merintis bisnis yang kini telah memekerjakan 67 karyawan itu.
Diceritakan Latif, sebelum nama Kedai Sop Duren menjadi primadona kuliner berbahan dasar duren itu, dirinya bersama sang istri pernah mengawalinya dari titik nol. "Saya dan istri pernah berjualan kerajinan tangan di Alun-alun Serang dan jualan sop buah dengan modal pinjaman etalase punya saudara yang kebetulan waktu itu lagi nganggur," kenangnya.
Di awal merintis bisnis kuliner, Latif dan Katrin, sang istri, membuka kios minuman aneka jus dan sop buah Bandung di rumah milik orangtuanya yang saat ini telah dirombak dan dialihfungsikan penuh menjadi Kedai Sop Duren Serang. “Kita memulai bisnis dengan modal Rp150 ribu dan dengan omzet setiap harinya Rp15 ribu,” tutur Latif.
Kerja keras memang tidak pernah berkhianat. Sebagai pelopor bisnis sop duren, kini, usahanya itu telah merambah hingga ke Cianjur, Jawa Barat. "Saya memang sengaja tidak mau franchise. Kalau ada yang mau join, nggak apa-apa bikin merek sendiri dengan jualan menu yang sama. Buktinya, sekarang kita bisa nemuin sop duren di mana-mana, bahkan di luar Banten," ungkapnya sembari tersenyum. Latif dan Katrin memang yang pertama membuka bisnis minuman berbahan duren. "Sop duren itu hasil racikan Bu Katrin, dulunya kami memulainya dengan jualan sop buah Bandung. Karena saya dan istri penggemar durian, dan Banten juga dikenal sebagai salah satu daerah 'penghasil' durian, akhirnya kepikiran untuk bikin olahan minuman dengan buah itu," paparnya.
Latif berprinsip, baginya, bisnis bukanlah masalah besar atau kecilnya keuntungan yang diperoleh. "Namun lebih dari itu, seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain di sekitar kita, itu jauh lebih utama," ujar pria yang dikenal murah senyum ini.
Dalam berbisnis, diceritakan Latif, dirinya selalu menghitung dan menyisihkan hak-hak orang lain yang harus ditunaikan dari laba yang ia peroleh. "Karena dari harta kita ada hak orang lain yang juga harus kita keluarkan. Saya dan istri selalu mencatat dan menghitung, jangan sampai hak saudara kita yang membutuhkan (zakat, red) tidak terpenuhi," paparnya.
Dalam menyalurkan zakatnya itu, Latif pernah mengelolanya secara langsung dalam bentuk pemberian beasiswa untuk anak-anak para karyawannya serta lewat kegiatan sosial lainnya.
"Karyawan yang punya anak, kita beri beasiswa untuk anaknya. Karyawan yang berpotensi, punya keinginan belajar yang kuat namun memiliki keterbatasan biaya, kita kuliahkan. Alhamdulillah, ada beberapa karyawan yang saat ini tengah kuliah sembari tetap bantu-bantu di bisnis," ceritanya.
Di bidang sosial, Latif menyalurkan zakatnya lewat santunan untuk masyarakat dhuafa yang berada di sekitar tempat tinggal serta tempat usahanya di Jalan Ciwaru Raya No. 12, Kota Serang, Banten.
Bagi Latif, hidup yang dijalaninya terasa demikian menyenangkan ketika dirinya menjalankan visi hidup yang ia dipegang teguh sejak dulu. "Kita harus hidup dari visi," tuturnya. Latif percaya, kesuksesan bisnisnya adalah berkat rida dan izin dari Allah Swt. Bagi Latif, hidup akan terasa lebih baik ketika pelakunya memiliki visi hidup yang baik pula.
Dalam berbisnis, kata Latif, pelakunya harus mau mengubah mindset bahwa rezeki itu mengikuti rida Allah. "Ketika Allah telah rida, apa pun pasti akan diberi. Yang pertama, kuatkan paradigma itu. Dan yang kedua, sebagai muslim, kita harus peka dengan kewajiban," tututnya ketika biem.co bertanya tentang rahasia sukses bisnis Kedai Sop Duren yang dilakoninya sejak 2008 itu. Kewajiban yang dimaksud Latif adalah ketentuan zakat yang telah diatur dalam Alquran, ketentuan berbagi lewat sedekah dan infak dengan materi, bahkan berbagi pengalaman.