ANYER, biem.co — Peran Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (FOPKIA) dinilai penting dan sangat dibutuhkan, dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan.
"Setidaknya ada delapan masalah, yang menjadi faktor penyebab kematian ibu dan bayi, ini seharusnya mampu diselesaikan dengan peran yang tepat dari FOPKIA," kata dokter Riyanto Wendesi dari Expanding Maternal & Neonatal Survival (Emas) dalam kegiatan Regonal Meeting FOPKIA Provinsi Banten yang digelar oleh USAID dan EMAS di Anyer, Kabupaten Serang, Senin (14/9/2015).
Pada kegiatan yang dihadiri perwakilan FOPKIA dan MKIA kabupaten/kota serta pimpinan organisasi kemasyarakatan di Banten ini, Riyanto menjabarkan, kedelapan faktor yang menjadi masalah tersebut di antaranya, terlambat mengambil keputusan, menolak rujukan karena oprasional keluarga selama rawat inap, pembiayaan, serta persiapan kehamilan dan melahirkan.
Selain itu, kata Riyanto, pengetahuan tentang kehamilan, melahirkan dan masa nifas, perawatan bayi baru lahir, masalah gizi buruk sang ibu saat hamil, peran dukun bersalin, dan kebijakan pemerintah juga berperan sebagai faktor penyebab.
Menurut dokter Riyanto, hal-hal di atas bisa diselesaikan dengan kerja sama dari FOPKIA di delapan kabupaten dan kota di Banten. Sebab, kerja sama tim itulah yang dinilai bisa menyamaratakan persepsi dan kemudian mengubah paradigma masyarakat, terutama ibu untuk meninggalkan persoalan-persoalan di atas.
Untuk diketahui, tercatat dalam data FOPKIA Banten, tahun 2014 silam sebanyak 233 tewas saat melahirkan pada tahun 2014 angka ini meningkat dibanding 2013 yang berjumlah 216.
Sementra, untuk pada 2014 sebanyak 1.274 nyawa bayi melayang saat lahir. (rizki)