Episode Buku Petunjuk
Baca juga kisah sebelumnya, klik di sini!
PURNAMA tampak indah di langit ketika Adi, Wardah, Ibu Aminah, dan Sahid melangkah menuju Masjid Al Anshor. Diiringi terangnya sinar bulan pada malam kelima belas di bulan Ramadhan, mereka memasuki halaman masjid seiring muazin mengumandangkan azan memanggil ummat muslim untuk melaksanakan shalat Isya berjamaah.
Setelah shalat sunah rawatib ba’da Isya ditunaikan, Ustad Aslah menaiki mimbar untuk memberikan kuliah sepuluh menit yang terkadang pada pelaksanaannya molor menjadi 15 hingga 20 menit karena topiknya menarik dan tidak membosankan bagi jamaah.
Topik ceramah pada malam ini adalah tentang bagaimana kedudukan Al Quran sebagai pemandu kehidupan manusia.
“Siapa yang punya handphone?” tanya Ustad Aslah sesaat setelah membuka ceramahnya dengan membacakan surat Al Baqarah ayat 2: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
“Sayaaa!” teriak jamaah serempak menjawab pertanyaan Ustad Aslah.
“Siapa yang punya motor atau mobil?” kembali Ustad Aslah mengajukan pertanyaan.
Dan dengan kompak pula jamaah menjawab, “Sayaaa….”
“Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Adik-adik yang dimuliakan Allah, tahukah bahwa handphone yang dimiliki itu bisa digunakan untuk mencatat jadwa kegiatan kita?” seru Ustad Aslah yang mempertanyakan bahwa sesungguhnya ponsel yang kita miliki bisa digunakan sebagai organizer untuk mencatan dan mengatur rencana kerja kita sebagaimana buku diary atau personal digital assistant yang dulu hanya digunakan oleh para manajer.
“Tahuuu…” terdengar jawaban beberapa jamaah di sela-sela teriakan, “Tidaaaakk…” dari mayoritas jamaah.
“Yang menjawab tahu,” sela sang Ustad, ”darimana tahu bahwa handphone-nya memiliki pengatur jadwal?” tanyanya.
“Dari buku manual!” jawab Pak Indra yang duduk tepat di depan podium ceramah.
Buku manual yang dimaksud Pak Indra adalah buku petunjuk yang memuat berbagai hal tentang fitur atau kemampuan yang dimiliki ponsel serta cara penggunaan ponsel tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal berbagai fungsinya.
Mendapat jawaban dari Pak Indra, Ustad Aslah kembali melontarkan pertanyaan kepada jamaah, “Kalau tidak baca buku petunjuknya, handphone itu bisa digunakan atau tidak?”
Secara serentak jamaah menjawab, “Bisaaa….”
“Bisa digunakan untuk apa saja?” tanya Ustad Aslah kemudian.
“Untuk nelepon,” jawab jamaah.
”Sms…” teriak yang lain.
“Buka internet,” timpal jamaah yang masih remaja.
“Nah, memang bisa tetap digunakan meski tidak membaca buku petunjuknya, namun kita tidak bisa menggunakan secara maksimal semua fungsi yang ada karena ketidaktahuan kita,” ucap Ustad.
“Pihak mana yang membuat buku petunjuk tersebut?” sambung ustad melanjutkan pertanyaannya.
“Nokia!” jawab Pak Indra.
”Samsung!” seru beberapa anak remaja.
”Blackberry!” teriak ibu-ibu dai sebelah kanan mimbar.
“el-ji!” jawab seorang bapak.
“Ya… ya… yang mengeluarkan berbeda beda tergantung merek handphone yang dimiliki,” ucap Ustad Aslah, ”namun yang pasti, buku tersebut dikeluarkan oleh pabrik yang membuatnya,” lanjutnya.
“Karena pabriklah yang tahu pasti handphone yang dibuat olehnya,” tambah Ustad Aslah sambil menjelaskan bahwa pihak yang paling tahu kekuatan dan kelemahan produk yang dihasilkan dan kemampuan serta cara pemeliharaannya supaya awet adalah pabrik yang membuatnya.
“Sama halnya dengan motor atau mobil atau kendaraan yang kita miliki, meskipun tidak membaca buku petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pihak pabrik, konsumen tetap bisa mengendarai. Hanya saja kadang tidak mengetahui dengan pasti kapan harus mengganti oli pelumas, kapan harus melakukan penggantian suku cadang seperti kanvas rem-kopling-busi dan lainnya,” katanya lagi.
“Siapa yang menciptakan manusia?” tanya Ustad Aslah dengan suara yang bernada tinggi.
“Allah….” seru jamaah kompak menjawab pertanyaan yang mudah tersebut.
“Siapa yang tahu persis kondisi manusia?” lanjut ustad.
“Allah…” jawab jamaah.
“Allah membuat buku petunjuk tidak?”
“Buaaat…” teriak sebagian besar jamaah.
”adaaa…” jawab jamaah di pojok masjid.
”Tidaaak…” kata jamaah yang masih remaja.
“Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,” Ustad Aslah melanjutkan tausiyahnya, “sebetulnya Allah telah menyertakan buku petunjuk yang dinamakan Al Quran sebagai kumpulan dari firmanNya untuk manusia sebagai hasil ciptaanNya,” ucap sang ustad sambil menjelaskan bahwa tanpa membaca Al Quran pun manusia bisa tetap hidup, namun tentunya tidak bisa memaksimalkan fungsi kehidupannya sebagai insan.
Menjelang akhir ceramah, Ustad Aslah kembali menegaskan bunyi ayat 2 surat Al Baqarah bahwa tidak ada keraguan dalam kitab Al Quran sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa.
“Hmmm, jadi sesungguhnya buku manual untuk kehidupan itu adalah Al Quran,” batin Adi.
“Tanpa Al Quran, maka sekalipun kita hidup, namun kehidupan kita tidak akan optimal dan maksimal sebagai mahluk yang diciptakan olehNya. Karena tujuan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah, dan semua persoalan kehidupan di dunia tentu ada solusinya dalam Al Quran,” nurani Adi berbisik.
“Sahid… bapak berdoa dan berharap semoga kita bisa menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan petunjuk untuk menjalani hidup dan kehidupan ini,” ujar Adi sambil mengelus rambut Sahid yang dari tadi khususk duduk di sampinya. Sementara bilal mulai membacakan doa menjelang pelaksanaan shalat tarawih.
(Bersambung)
Penulis: Boyke Pribadi
Editor: Setiawan Chogah