SERANG, biem.co—Memasuki bulan suci Ramadhan, sejumlah petani mulai memanen timun suri yang merupakan salah satu buah khas di bulan Ramadhan. Namun sejumlah petani timun suri di Serang, Banten, mengeluhkan hasil panen mereka yang merosot tajam akibat serangan hama.
Timun suri merupakan salah satu buah khas di bulan suci Ramadhan, buah ini biasa dijadikan sebagai campuran untuk membuat hidangan pada saat berbuka puasa. Memasuki bulan suci Ramadhan, sejumlah petani timun suri pun mulai memanen buah yang beraroma wangi ini.
Seperti yang dilakukan sejumlah petani timun suri, di Desa Sidamukti, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, yang rutin mengganti tanaman padi mereka menjadi tanaman timun suri menjelang Ramadhan.
Namun hasil panen timun suri tahun ini dikeluhkan oleh sejumlah petani, lantaran menurunnya hasil panen mereka, demikian diungkapkan oleh Abas Kawi, salah seorang petani timun suri kepada biem.co.
Menurutnya, di tahun-tahun sebelumnya, satu petak lahan timun suri berukuran sekitar setengah hektar persegi bisa menghasilkan timun suri empat kwintal hingga lima kwintal untuk setiap kali penen, namun pada tahun ini, satu petak lahan hanya bisa menghasilkan timun suri sebanyak sekitar satu kwintal. Menurut petani, menurunkan hasil panen ini disebabkan adanya serangan hama.
Sementara itu, menurut pedagang timun suri Edi, mengatakan, tidak hanya dipasarkan di daerah Serang, timun suri yang berasal dari daerah Baros ini juga dipasarkan hingga ke daerah Tangerang dan Jakarta. Pedagang mengaku lebih memilih membeli timun suri dari daerah Baros dibanding daerah lain, karena banyak disukai oleh konsumen.
Harga satu kilogram timun suri di tingkat petani dijual dengan harga dua ribu lima ratus untuk setiap satu kilogramnya, selain rasanya, banyak warga yang menyukai timun suri sebagai salah satu hidangan untuk berbuka puasa karena aromanya yang wangi. (IR)