biem.co – Berkesenian bukan hanya soal menjaga eksistensi, melainkan juga bagaimana agar bertahan dari himpitan ekonomi. Banyak pelaku seni yang selain memproduksi karya, juga nyambi di bidang kerja lainnya untuk menghidupi diri dan keseniannya. Jadi, sangat sedikit sekali yang memang hidup dari kesenian. Hal ini memang dikarenakan pangsa pasar (daya beli, tingkat apresiasi) karya kesenian di Banten umumnya masih belum tercipta ideal.
Setidaknya hal itu dirasakan oleh Deden Mulyana, seorang perupa yang sudah bergiat di seni rupa sejak 1996. Baginya, kondisi tersebut bukanlah alasan untuk mundur atau bahkan berhenti untuk berkarya, karena masih ada kerja-kerja seni rupa yang juga mendatangkan nilai ekonomis bagi pelakunya. Diantaranya adalah mural, handycraft atau potret (sketsa/lukis) yang bisa dinikmati masyarakat dengan harga terjangkau. “saya harus tahu kapan untuk idealis, kapan waktunya realistis” akunya. Pria lajang yang sempat mengenyam pendidikan di Modern School of Design (MSD) ini merasa bahwa dalam menjalankan profesinya sebagai perupa, modal besar bukanlah yang terpenting, melainkan luasnya relasi. Hal ini bisa ditempuhnya lewat metode mouth to mouth marketing. “Sulitnya menerapkan strategi ini adalah menjaga kepercayaan, karena dasar membentuk relasi adalah itu. Dan salah satu caranya adalah dengan menjaga kualitas” terangnya.
Salah satu perupa di Sanggar Embun ini, mengingatkan bagi siapa pun yang berniat hendak terjun ke dunia rupa, agar menyiapkan diri menghadapi kendala, salah satunya adalah pengetahuan manajemen. “Pasalnya, selain kita memproduksi karya, kita juga berperan sebagai tenaga pemasaran” tegasnya. Untuk di Banten sendiri, Deden menempatkan pelaku industri kreatif kian banyak bermunculan, kondisi tersebut mestinya disambut baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Salah satu solusi menyikapi kondisi tersebut adalah pemerintah menginisiasi pembentukan sentra industri kreatif. “kalau sentra industri kreatif tersebut bisa direalisasikan, maka fungsinya sebagai etalase kreatifitas akan tercapai. Selain itu, akan merangsang kalangan muda untuk membuka lapangan usaha baru yang berbasis kreatifitas”, tambahnya.
Saat ini, setelah lebih dari 20 tahun berjuang di kesenian, Deden mengaku telah mengecap manisnya buah dari kerja kerasnya. “Hasil dari kerja keras selama ini, lumayan saya punya tabungan sedikit” akunya merendah. [*]