InspirasiOpini

Asti Sofyani: Bukan Santri Tomboy

biem.co – Kami membuat janji untuk bertemu di Studio Malibu. Sehari sebelumnya, saya dan gadis berkerudung itu terlibat percakapan di Twitter perihal penawaran saya kepada dia untuk menjadi model Tabloid Banten Muda. Dara jelita itu, Asti Sofyani, saya temukan saat peliputan acara Penganugerahan Pemenang Islamic Movie Day 2013 di Student Centre FE Universitas Indonesia, awal Mei lalu. Asti yang menggunakan jilbab cocok untuk tampil di cover Tabloid Banten Muda edisi #16 ini—yang mengangkat tema ‘pesantren’, dengan pertimbangan bahwa film yang dibintanginya ber-setting pesantren.

Pengalaman dan prestasi gadis kelahiran Rangkasbitung, 9 Agustus 1995, ini semakin membuat saya yakin tidak salah memilih dia. Pasalnya, pada usia yang belia, Asti telah begitu percaya diri berakting di depan kamera.

“Aku memang hobi dengan seni peran, Kak. Dari SMP sih udah ikutan teater,” ujar Asti yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Kartika Jakarta. Asti memoles pipinya dengan bedak. Tipis. Sembari menunggu giliran pemotretan, kami asyik mengobrol seputar pengalaman Asti di bidang akting.

“Katanya Asti nggak pernah mondok, ya? Nah, kesulitan apa yang dirasakan waktu syuting film Mengejar Medali itu? Kalau tak salah, dalam film itu kamu berperan sebagai santri, kan?” tanya saya.

Asti tersenyum, mencipta jeda beberapa detik. “Hehehe. Di film Mengejar Medali aku memerankan tokoh Aina, Kak. Aina ini seorang santri yang punya mimpi untuk jadi pemain badminton profesional, tapi ibunya tak setuju dengan alasan tidak rela jika Aina harus melepas jilbabnya. Untuk bisa memerankan tokoh Aina, aku sampai bertanya-tanya tentang kehidupan santri kepada beberapa temen yang pernah mondok,” tuturnya panjang lebar.

Asti menceritakan bahwa dirinya tidak terlalu sulit memerankan karakter Aina. Sebab, beberapa anggota keluarganya juga ada yang pernah belajar di pesantren dan ia banyak belajar dari mereka. “Keluarga aku ada yang pernah modok, Kak. Jadi aku suka nanya sama mereka tentang kehidupan pesantren.”

Membicarakan tentang pengalaman akting, selain di film pendek Mengejar Medali, siswi SMAN 2 Pandeglang ini juga pernah terlibat dalam film Menembus Lorong Badak pada 2012 lalu. Di film itu Asti tidak lagi berperan sebagai santri, melainkan sebagai cewek tomboy. “Seru sih, Kak. Walau di Menembus Lorong Badak aku berperan sebagai Shela si cewek tomboy dan di Mengejar Medali sebagai santri, tapi aku enjoy menjalaninya. Antara Aina dan Shela sama-sama orang baik, kok. Hehehe,” ceritanya ketika saya bertanya tentang kesulitan Asti dalam memerankan tokoh dalam film-film yang dibintanginya.

“Beberapa waktu lalu, salah satu film kamu kan menang di ajang Islamic Movie Days 2013. Apa nih target kamu selanjutnya?”

Asti lagi-lagi tersenyum. Sejenak dia menerawang. “Hem…, sekarang mau fokus sekolah dulu, Kak. Terus mau kuliah. Soal karier nanti sambil jalan aja. Hehehe….”

“Dukungan dari orangtua gimana, nih?” saya makin lebih lanjut.

Asti menjawab antusias. Ternyata kedua orangtuanya mendukung karier Asti di bidang seni peran. “Papa sama Mama mendukung aku buat akting, Kak. Nanti kalau kuliah, maunya aku masuk jurusan Ilmu Komunikasi.”

Selama menjalani proses syuting Mengejar Medali, Asti mengaku banyak belajar dari film yang disutradarai Darwin Mahesa itu. “Mengejar Medali mengajari aku banyak hal. Yang pasti, pengetahuan agamaku jadi makin dalam, misalnya bagaimana berhubungan sama laki-laki yang bukan mahrom. Dan alhamdulillah, sekarang aku sudah pakai jilbab,” ujarnya.

Obrolan kami harus disudahi lantaran Asti harus bergaya di depan kamera untuk mengambil beberapa pose andalannya. “Oh ya, satu pertanyaan lagi. Apa pesan kamu buat Sobat Muda Banten yang juga ingin mencoba berkiprah di dunia seni peran?”

“Pokoknya, do everything with love! Lakukan saja apa yang terbaik menurut kamu. Hati nurani enggak pernah bohong, kok. So, pasang niat baik dan langsung bertindak. Jangan pelihara kebiasaan menunda-nunda. Hehehe….” tutupnya sembari tersenyum manis. (red)


Tulisan ini pernah dimuat di Tabloid Banten Muda edisi 16 tahun 2013.

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button