InspirasiOpini

Tb Ai Munandar: Dunia Pendidikan; Menuju Revolusi Industri 5.0

Oleh Tb Ai Munandar

biem.co — Tidak bisa dipungkiri, bidang pendidikan adalah salah satu dari komponen kehidupan yang terdampak langsung oleh pengaruh revolusi industri 4.0 (IR.4.0). Proses pendidikan di era IR 4.0 bukan lagi berbasis kelas tradisional. Penggunaan perangkat lunak dan sistem jaringan menjadi basis utama dalam model pembelajaran di era IR 4.0.

Ruang kelas didesain untuk mengakomodasi kebutuhan pembelajaran jarak jauh sehingga tidak terkendala jarak dan waktu. Khususnya bagi pendidik yang seringkali memiliki kesibukan lain misal bertugas menghadiri seminar, pelatihan dan tugas akademik lainnya. Disinilah kemudian ruang kelas yang didesain untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran jarak jauh digunakan. Sumber pembelajaran dibuat dengan pusat server yang mampu menampung data dengan jumlah yang sangat besar.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Semua sumber pembelajaran tersimpan ke dalam penyimpanan digital dan dihubungkan baik melalui ruang nyata (kelas) maupun ruang virtual. Distribusi sumber pembelajaran berbasis digital tentunya lebih mempermudah proses pembelajaran sehingga memungkinkan setiap elemen dapat mengoperasikan, memanfaatkan dan menggunakannya kapanpun dan dimanapun.

Pendidikan di Era Revolusi Industri 1.0 Sampai 4.0

Revolusi Industri 4.0 (IR-4) ditandai dengan adanya kolaborasi manufaktur dengan cyber fisik melalui penggunaan inovasi, terutama di bidang artificial intelligence, robotics, internet of things (IoT), autonomous vehicle, biotechnology, nanotechnology, 3-D printing, material science, quantum computing dan energy storage (Yahya, 2018; Wardani, 2018).

IR 4.0 telah mengubah paradigma proses belajar mengajar dari pendekatan tradisional ke dalam model digital, terutama dengan memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi telah melahirkan  perangkat digital, sistem jaringan terdistribusi dan super data yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengubah cara dan metode pembelajaran (Anh Vu, 2018).

Di era IR 4.0, kebutuhan pembelajaran kepada peserta didik harus lebih mengedepankan apa yang dibutuhkan oleh mereka. Penggunaan big data analysis menjadi poin penting, terutama untuk menentukan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik sesuai dengan karakter dan profil yang dimilikinya.

Pendekatan pembelajaran bagi masing-masing peserta didik bisa dianalisis berdasarkan akitivitas yang dilakukan peserta didik melalui sistem pembejalaran online, sehingga tidak ada lagi peserta didik yang “salah asuhan”.

Pendidikan di era IR 4.0 lahir untuk memenuhi kebutuhan pasar industri 4.0. Pendidikan tersedia dimana manusia, resource dan mesin terhubung sehingga menciptakan model pembelajaran digital. Secara umum, karakteristik pembelajaran mulai dari era IR 1.0 sampai IR 4.0 seperti diperlihatkan pada gambar:

Karakteristik Sistem Pendidikan. (Sumber: Ist).

Pendidikan era 1.0 ditandai dengan peserta didik harus pergi ke kampus atau sekolah. Guru atau dosen membacakan materi pembelajaran dan peserta didik mengopi materi pembelajaran. Dan biasanya, sumber pembelajaran diperoleh dengan mengopi buku-buku teks yang diperoleh dari guru atau dosen.

Era ini tansmisi pengetahuan bersifat satu arah. Pada era pendidikan 2.0, ditandai dengan penggunaan jaringan komputer dan internet sebagai media pembelajaran berbasis daring. Pengajar dapat mengajar kapan saja dan dimanapun. Dengan menggunakan internet, material mengajar sudah mulai dapat diakses secara online .Model pembelajaran tidak hanya satu arah, tetapi sudah mulai terjalin interaksi dua arah bukan saja antara guru (dosen) dan peserta didik, tetapi juga antar peserta didik.

Teknologi Informasi sebagai Agent Of Change

Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar di bidang pendidikan, khususnya terkait dengan ‘the way we learn’ (Bates, 2016). Revolusi Industri 4.0 memicu munculnya disruptif teknologi sehingga berpengaruh ke dalam model-model pembelajaran berbasis teknologi informasi, khususnya di perguruan tinggi.

Nasir (2018), menyatakan bahwa ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi.

 Pertama, pendidikan berbasis kompetensi harus menjadi salah satu misi utama perguruan tinggi di era sekarang. Mahasiswa kita sangat beragam dengan perbedaan kemampuan dan bakat. Oleh karenanya, pendekatan teknologi informasi harus mampu membantu mahasiswa untuk menentukan program studi yang tepat serta mata kuliah keahlian yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Kedua, pemanfaatan Internet of Things saat ini bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Dengan adanya IoT, komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik antara dosen, mahasiswa, laboran dan sebagainya dapat terbangun sehingga proses pendidikan yang dilakukan akan lebih maksimal. Tidak hanya dalam bentuk komunikasi, penggunaan perangkat pembelajaran untuk mendukung proses belajar mengajar, juga dapat dilakukan dengan bantuan IoT.

Ketiga, pemanfaatan virtual/augmented reality dalam dunia pendidikan mampu membantu mahasiswa dalam memahami teori-teori yang membutuhkan simulasi tertentu sesuai dengan kondisi sebenarnya. Selain itu, keberadaan virtual reality juga bisa digunakan sebagai alat bantu praktikum yang membutuhkan material berbahaya tetapi tetap sesuai dengan kondisi real yang ada.

Keempat, pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam dunia pendidikan, khususnya jika diterapkan dalam platform pembelajaran secara daring akan mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan mahasiswa.

Dalam posisi ini, maka teknologi informasi menjadi salah satu enabler utama untuk mewujudkan pendidikan berkualitas berbasis kompetensi. Perlu diingat bahwa teknologi informasi bukan merupakan komponen utama dalam dunia pendidikan. Tetapi ia menjadi pendukung paling penting dalam dunia pendidikan khususnya di era revolusi industri 4.0.

Pemanfaatan artificial intelligence, IoT dan augmented reality diharapkan mampu mendukung terciptanya lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang siap pakai di dunia industri. Adanya teknologi informasi secara langsung atau tidak langsung telah memberikan perubahan cara mengajar serta proses pembelajaran di dunia pendidikan.  Pendidikan tidak lagi harus terbatas dengan jarak dan waktu, apalagi dengan keberadaan teknologi distance learning melalui online learning yang ditawarkan oleh teknologi informasi.

Tidak hanya itu, keberadaan teknologi informasi telah menginisiasi munculnya model-model pembelajaran yang baru, serta mulai mengubah paradigma model pembelajaran konvensional yang dulu banyak dilakukan. Seperti dengan munculnya model pembelajaran online collaborative learning. Bahkan secara kurikulum pun teknologi informasi telah membawa perubahan pada jurusan-jurusan di pendidikan keguruan, salah satunya dengan banyak dibukanya perkuliahan di perguruan tinggi dengan mengusung program studi teknologi pembelajaran.

Pendidikan di Revolusi Industri 5.0

Revolusi Industri 5.0 (IR 5.0) sebetulnya bukanlah hal baru. Meskipun beberapa negara maju sampai saat ini masih berkutat dengan euforia IR 4.0, bukan berarti tidak ada negara yang sudah menuju era IR 5.0, salah satunya adalah Jepang.

Konsep IR 5.0 merupakan antitesis dari IR 4.0. Sebuah era yang akan kembali ke masa pra industri. Kolaborasi antara manusia dan teknologi digital semakin nyata. Robot-robot yang dikembangkan sudah mulai diarahkan untuk berkolaborasi dan bersentuhan secara langsung dengan manusia (Ostergaard, 2017).

Meski demikian, di era IR 5.0 ini banyak ilmuwan sepakat bahwa era masa pra industri menjadi bagian penting penanda munculnya IR 5.0. Bahkan secara gambling, Prof Reevany Bustami (2018) dalam kuliah tamunya di ITS Surabaya mengatakan bahwa, “pada revolusi industri 5.0 ini, agama akan kembali masuk untuk memimpin sains lagi”.

Dapat dibayangkan jika era pendidikan 5.0 terjadi, manusia dan robot berkolaborasi dalam proses pembelajaran, baik dalam ruang kelas nyata maupun virtual. Mahasiswa bisa saja berhadapan dengan robot yang dikendalikan dari jauh oleh pendidik, dimana material pembelajaran sudah tersimpan dalam memori robot yang sudah disetting untuk pertemuan tertentu. Atau bagaimana kemudian proses belajar mengajar hanya menggunakan konsep natural language processing dengan dikembangkannya robot berbasis piranti lunak yang mampu melakukan speech recognition.

Maka pendidikan bukan saja bisa dilakukan kapan dan dimanapun, tetapi dapat berjalan meski tanpa seorang pengajar. Kolaborasi mesin cerdas dengan manusia bukan lagi hal aneh, akan tetapi menjadi sebuah kebutuhan dimana mesin yang dikembangkan untuk membantu mempermudah setiap aktivitas manusia harus terus disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang sebenarnya.

Pertanyaan mendasarnya kemudian adalah, sudah siapkah kita memasuki era pendidikan 5.0? Atau jangan-jangan masih menuju atau tahap persiapan di era pendidikan 4.0? (red)


Tb Ai Munandar, Dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Serang Raya.


Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button