InspirasiOpini

Catatan Kecil MUSYWIL PWM BANTEN 2023

Oleh Hery Kustanto, Ketua PCM Serut, Tangsel

SERANG, biem.coApakah ada yang menarik dari acara Musyawarah Wilayah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Banten (Musywil PWM Banten) 2023? Tentu pasti ada dan banyak yang bisa dicatat. Paling tidak ada 5 hal penting dan menarik yang bisa menjadi renungan dan inspirasi keteladanan untuk penyelenggaraan Musyawarah Daerah, Musyawarah cabang, Musyawarah Ranting se Banten yang akan diselenggarakan setelah pelaksanaan Musywil.

  1. Waktu

Pjs Gubernur Banten menyampaikan dalam pidatonya penghargaan yang tinggi terhadap Muhammadiyah yang memulai acara tepat waktu sesuai agenda, pukul 08.00. Apalagi para peserta juga sudah hadir memenuhi kursi di lokasi. Plus kebetulan lokasi acara di halaman Gedung Dakwah yang tidak terlalu besar. Sehingga meskipun banyak peserta dan undangan yang hadir terlambat namun acara dapat berlangsung tepat waktu dengan kondisi kursi sudah terisi semua.

Dalam salah satu bagian sambutannya disampaikan bahwa sepertinya soal waktu ini soal sepele namun bermakna esensial dan sangat penting karena sikap kita terhadap waku menunjukkan sikap dan etos individu serta organisasi. Muhammadiyah telah memberikan contoh keteladanan disiplin terhadap waktu.

Tidak hanya saat pembukaan saja para peserta musywil tertib waktu. Ini buktinya. Hari pertama, kami bertiga dari PCM Serpong Utara, Tangerang Selatan sebagai peserta musywil PWM Banten balik ke hotel dulu saat break sore. Panitia menyampaikan bahwa agenda musywil malam hari setelah break pukul 19,00 adalah sidang komisi.

Kami bertiga tentu balik ke hotel untuk keperluan mandi ganti pakaian dll. Menjelang pukul 19,00 kami bertiga bermobil dari hotel ke lokasi siding, memakan waktu sekitar 10

menit. Apa yang terjadi? Saat kami masuk ruangan sidang. Ruang sudah hampir penuh. Peserta sudah memenuhi kursi di 3 lingkaran komisi. Komisi A, B dan C. Bandingkan dengan penyelenggafaan acara serupa di tempat lain. Bukankah sering kita lihat dan saksikan pembawa acara memanggil manggil peserta agar segera berkumpul karena acara akan segera dimulai.

Penghargaan terhadap waktu sepertinya hal remeh temeh. Jelas bukan. Dalam musywil PWM Banten sikap terhadap waktu menunjukkan level peradaban bangsa. Bangsa bangsa berperadaban tinggi salah satu ciri utamanya adalah budaya tepat waktu yang menjadi core value/ nilai utama masyarakatnya. Waktu adalah pedang kata orang arab, waktu adalah uang kata orang barat. Keduanya menunjukkan substansi penting bagi yang berpikir positif.

Dalam ajaran Islam jelas, gamblang. Asbabun nuzul surat Al Ashr sejatinya adalah kritik besar terhadap budaya wasting time/menghabiskan waktu yang tidak produktif. Budaya ngopi ngopi just for fun yang sedang merebak di negeri tercinta ini seirama dengan budaya masyarakat pedagang arab saat itu. Bila itu melalaikan dan sifatnya duniawi semata terkena peringatan surat Al Ashr. Demi waktu. Sesungguhnya semua manusia dalam kerugian.

Pesan tersurat dan tersiratnya adalah sikap dan budaya tepat waktu sesuai agenda yang telah ditetapkan. Saat kita molor memulai sebuah acara atau kegiatan karena menunggu banyak peserta yang belum hadir tanpa disadari justru itu berarti kita lebih menghormati orang yang tidak tepat waktu dari pada mereka yang sudah hadir duluan dan tepat waktu. Kontradiktif bukan?

  1. Dedikasi

Salah satu energi positif yang terasa sekali pada musywil PWM Banten adalah melihat dan membersamai para aktivis yang berkhidmat dengan harta dan jiwanya untuk persyarikatan demi syiarnya risalah agama Islam.

Menyaksikan para senior dan generasi penerus dengan khusuk dan tawadhuk bermusyawarah dengan keriangan tanpa sekdikitpun membahas imbalan materi seperti oase di tengah budaya kini yang makin materialis dan hedonis di tanah air.

Kalau ada ormas lain yang mampu menyelenggarakan even besar-besaran namun dengan sponsor besar besaran pula dari pihak luar tentu bukan sesuatu hal besar jadinya. Alias wajar dan biasa. Semua juga bisa. Artis artis kondang didatangkan dan dibiayai sponsor. Para pesertanya dikasih seragam, uang transportasi juga mungkin uang saku, tinggal datang saja. Apa dan dimana hebatnya?

Bukankah baru bisa disebut hebat kalau organisasi itu mandiri. Mandiri bukan berarti tidak mau dibantu. Mandiri bermakna tidak bergantung kepada orang lain. Tidak meminta minta. Bukankah orang hebat itu ciri utamanya mandiri. Begitu pula orang menilai sebuah organisasi. Syarat bisa mandiri bila orang yang di dalam organisasi memiliki dedikasi tinggi. Orang berdedikasi identik dengan orang yang suka berkurban/sacrifice.

Profil para pimpinan yang hadir di musywil baik dari PDM dan PCM yang harus merogoh kantong masing masing untuk menjadi peserta menunjukkan bukti nyata ciri orang yang memiliki dedikasi tinggi. Ini akan menjadi ruh persyarikatan yang menjadi pembeda. Ruh itu akan membuat sinar Sang Surya tak kan pernah padam. Selama masih ada profil penuh keikhlasan yang menggerakkan dari dalam. Di dalam keikhlasan terdapat unsur : passion yang melahirkan dedikasi lalu dedikasi memproduksi kontribusi. Kontribusi akan menggerakkan mesin organisasi.

  1. Kolaborasi ganda

Ketua PWM Banten lama sekaligus baru, Dr K.H. M. Syamsudin menyampaikan bahwa Musywil PWM Banten 2023 memiliki efek makna ganda.

Secara internal Musywil dilaksanakan bersama Aisyiyah (PWA). Sinergi ibunda dan ayahanda yang berjalan harmonis. Saling mendukung dan melengkapi. Sebuah

keteladanan yang baik menyelenggarakan even even besar persyarikatan bersama antara Muhammadiyah dan Aisyiyah mulai dari Muktamar sampai ke bawah. Syiar akan bergaung lebih besar dan kuat.

Bila memungkinkan ke depan dengan mengajak pula ortom ortom nya berkegiatan secara bersama sama. Energi semua ortom dipersatukan akan menjadikan resources berdaya guna yang menghasilkan bentuk baru sebuah kolaborasi yang luar biasa.

Efek kedua secara eksternal musywil dilaksanakan di gedung PKB partainya warga NU yang lokasinya qadarullah berrdekatan dengan gedung dakwah PWM. NU adalah saudara muda seiman dengan Muhammadiyah yang lahir pada 1926. Sedangkan Muhammadiyah lahir 1912.

Disamping faktor kepepet karena terbatasnya ruang di Gedung Dakwah Muhammadiyah PWM, ternyata kondisi ini berdampak positif meningkatkan ukhuwah bahkan mungkin mahabbah diantara 2 ormas Islam terbesar di negeri +62 bahkan mungkin di dunia.

Konon ketua PKB Banten menyampaikan bahwa semua fasilitas dan ruangan gedung PKB silakan dipakai untuk musywil PWM Banten secara gratis tentu saja. Hal ini bukan saja menyejukkan hubungan silaturrahim saudara tua dan muda. Tapi sekaligus menyegarkan dan menggairahkan mahabbah yang dirintis oleh PWM Banten kepada adinda PKB/NU Banten. Tentu saja Ketua PWM Banten yang mahir ilmu mantiq secara berkelakar merespon dengan jitu. Sebagai balasan kebaikan, ke depan bila PKB atau NU memerlukan gedung dakwah Muhammadiyah untuk sebuah kegiatan, PWM Banten sudah mempersilakan sebelum PKB atau PWNU Banten memintanya.

Silaturrahim juga ukhuwah bahkan mahabbah diantara dua ormas Islam terbesar di dunia ini sejatinya takkan bisa dipadamkan karena basisnya keimanan yang sama. Dinamika perjuangan dengan segala riak gelombangnya harus selalu dicarikan alasan secara positif agar terus tumbuh mengembang demi kemaslahatan dan kejayaan umat yang lebih besar dan berjangka panjang.

Ternyata cita cita besar harapan umat Islam yang kadang seperti “impossible mission” bisa dimulai dengan langkah langkah kecil yang menggembirakan dan mencerahkan. Seperti halnya Musywil PWM Banten diselenggarakan di Gedung PKB Banten yang kabarnya merupakan satu satunya musywil Muhammadiyah di Indonesia yang bertempat di Gedung milik PKB. Bahkan ada teman MUNU berkelakar inilah musywil tersakral karena pemilihan PWM nya disaksikan oleh foto foto para auliya top NU : Syech Nawawi Al Bantani, KH Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah.

  1. Musyawarah berkeadaban

Suasana musyawarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Muktamar Solo 2022 yang sejuk dan damai sepertinya menginspirasi suasana musyawarah PWM Banten. Dengan penuh disiplin dan keceriaan para peserta dari PDM dan PCM se Banten telah menunjukkan etika bermusyawarah yang penuh adab. Paling tidak ada 3 ciri penting musyawarah/pemilihan yang beradab :

a). Tidak ada politik uang.

b). Tidak ada kampanye hitam.

c). Tidak ada perilaku destruktif.

Muhammadiayah adalah ormas Islam modern terbesar di Indonesia bahkan mungkin dunia. Secara politis hal ini tentu saja bisa menjadi faktor yang cukup seksi untuk menjadi batu lompatan bagi aktivis yang memiliki hobi meloncat loncat ke parpol atau lainnya. Namun karena tradisi ketat di Muhammadiyah yang tabu ambisius jabatan cukup menjadi filter yang efektif.

Malah sering terjadi mereka yang sangat ingin menjadi pimpinan justru tidak dipilih oleh peserta musyawarah. Karenanya sangat aneh dan ganjil kalau ada ‘money politics’ di forum musyawarah Muhammadiyah. Kelakarnya : memang apa yang dicari di Muhammadiyah kecuali pengkhidmatan untuk amal sholeh? Muhammadiyah adalah ladang untuk beramal bukan sebaliknya. A place to give not to take. Bahkan pesan K.H.A. Dahlan jelas tegas : Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan pernah merasa lelah mengurus Muhammadiyah.

Bila disadari lebih dalam bukankah menjadi pimpinan di level yang tinggi berimplikasi pada amanah yang makin berat? Karenanya ucapan istighfar (astaghfirullah) lebih tepat diucapakan bagi yang terpilih bila paham risikonya. Justru yang tidak terpilih bisa berucap hamdallah (alhamdulillah). Alangkah indah dan beradabnya sebuah musyawarah dengan peserta yang bisa bersikap dan beramaliah seperti ini.

Kasak kusuk sana sini untuk saling menggolkan calonnya antar PDM dan PCM untuk menjadi pimpinan di PWM Banten mungkin ada dan terjadi. Saling share di wa yang berisi preferensi sebagai opsi kandidat pimpinan tentu hal normal dan sah sah saja bahkan jamak pada setiap musyawarah.

Lobby-lobby antar PDM untuk saling koordinasi memilih kandidat potensial untuk menjadikan organisasi lebih baik ke depan juga sebuah keniscayaan yang wajar. Namun tidak sampai ngotot atau bersitegang antar peserta seperti halnya yang terjadi di ormas lain. Tidak ada peserta musyawarah yang melakukan kampanye hitam (celaan, hinaan, fitnah) terhadap para kandidat pimpinan.

Apalagi melakukan tindakan destruktif dengan merusak peralatan fisik karena jagonya tidak terpilih Hal ini bukti nyata kedewasaan dan keadaban bermusyawarah yang tinggi. Karena sering kita lihat dan baca di media ada ormas juga ormas Islam yang pada acara musyawarahnya acap kali diwaranai dengan adegan saling lempar melempar kursi dan meja hanya karena berebut kursi pimpinan.

  1. E-voting berkemajuan

Meskipun bukan hal yang benar benar baru, namun pemilihan di musywil PWM Banten dengan menggunakan cara e-voting adalah terobosan inovasi . Spirit tagline Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan tidak sekedar kata kata. Meskipun realitasanya masih banyak para peserta senior yang gaptek ber e-voting (cukup lama di depan computer padahal tinggal milih dan klik) namun bisa dipaksa dengan sigapnya tim yang membantu.

Proses pemilihan e-voting yang cepat, transparan dan akuntabel dapat menghilangkan praktek unfairness yang mudah terjadi bila diselenggarakan pemilihan secara manual.

Pesan penting dan strategis yang dapat dipetik dari penggunaan e-voting adalah sikap pimpinan dan warga persyarikatan yang harus mau dan siap berubah dari waktu ke waktu menjadi lebih maju dengan penguasaan teknologi yang terus berkembang dengan cepat.

Berkemajuan saat ini mau tidak mau mengharuskan dengan sendirinya kerelaan dan kesediaan berubah dalam pengelolaan organisasi menjadi lebih efisien dan efektif. Dokumen dokumen manual yang begitu banyak berseliweran di persyarikatan pelan tapi pasti harus dapat diminimalisir menjadi dokumen digital yang pasti akan lebih efisien dan efektif bila ditangani dengan benar.

Alasan jarak dan waktu yang dulu bisa menjadi kendala dalam mengadakan rapat juga sudah tidak relevan lagi saat ini. Peralatan teknologi makin berkembang dan maju seyogyanya dapat membantu menjadi solusi yang murah dan tepat guna dalam menyelesaikan berbagai urusan organisasi,

Namun harus disadari juga bahwa era kekinian adalah milik generasi milenial (Gen-Y) dan zenial (Gen-Z). Generasi kolonial (non milenial) bukanlah “penduduk pribumi” dari era disrupsi kini. Risikonya melibatkan generasi penerus persyarikatan dari generasi milenial dan zenial adalah keniscayaan. Mengapa? Karena yang mahir dan familiar dengan segala perubahan teknologi multi media plus berbagai paltformnya adalah generasi mereka.

Para senior tetap sangat diperlukan sebagai konseptor, mentor dan coach bagi mereka. Pengalaman para senior yang kaya dengan dinamika problem dan solusi di persyarikatan bersinergi dengan keahlian digital anak anak muda generasi penerus dengan segala kecanggihannya akan menjadi kolaborasi dahsyat yang bisa mengakselerasi sistem perencanaan dan eksekusi program-program persyarikatan. Allahu A’lam Bisshowab (Red)

 

Editor: Irvan Hq

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button