biem.co – Jakarta Drum School baru saja merayakan ulang tahun yang ke 17. Bertempat di sebuah restoran (Rarampa) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dihadiri oleh para murid, orangtua murid, dan hampir semua pengajar, perayaan ulang tahun berlangsung cukup meriah.
Jakarta Drum School (JDS) didirikan pada tahun 2005 tepatnya tanggal 25 September, oleh tiga orang sahabat, Harry Murti, Taufan Gunarso (drummer lulusan Percussuon Institue of Tecnology USA), dan pengusaha Prasodjo Winarko, telah mendapat sertifikat dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2007. Harry Murti, Taufan Gunarso, dan Prasodjo Winarko dalam sesi interview khusus menjelaskan sedikit tentang tujuan mereka mendirikan JDS,
“Awalnya kita bertiga mempunyai passion. Saya ngobrol sama Taufan bagaimana kalau kita bikin sekolah, lalu saya bersahabat baik juga sama Pak Pras, tiba-tiba pak Pras juga melihat ini sesuatu yang priceless dan berguna jadi ilmu itu harus dishare, ada moralnya. Jadi itu yang menjadikan kita para founder ada hal tertentu tidak semata-mata hanya urusan bisnis tapi juga punya makna, kita harus punya makna meninggalkan legacy dan ternyata di 17 tahun ini ternyata kita lihat sendiri, bahwa achievement itu bukan kita yang declare tapi dari orang-orang sesuai dari perjalanan yang ada, itu terbukti banyak dari murid kita yang sukses di industri musik. Jadi Jakarta Drum School itu sudah menjadi seperti the big family”, ungkap Harry Murti.
“Kita bersyukur, ga terasa udah 17 tahun ya, a lot bloods, sweats and tears lah. Banyak yang tanya, orang tua murid kok bisa JDS bertahan sampai sekarang dan murid, pengajar tetap loyal. JDS memiliki formulasi produk knowledge seperti edukasi, edukasi itu diaplikasikanlah lama-lama terasa akhirnya menjadi habit. Setelah jadi habit, dia akan jadi attitude. Akhirnya Jakarta Drum School sekarang ini sudah seperti culture kalau menurut saya. Karena dari tahun-tahun attitude mereka (para lulusan JDS) hampir sama. Jadi itu yang membuat kita seperti keluarga besar”, jelasnya lagi.
Sementara Taufan Gunarso menambahkan,”Kebetulan saya dulu bertemu dengan Harry membicarakan mengenai konsep edukasi yang lebih spesifik yaitu drum school. Kemudian Harry mengenalkan Prasodjo Wijanarko dan kita ketemu, berbicara dalam sekali meeting, dari situ kita sepakat membuat Education Institution yang memberikan informasi dan pelajaran drum dari anak kecil sampai dewasa. Kebetulan juga pada saat itu instruktur-instruktur kita sebagian besar lulusan dari America, seperti Hollywood California, Barkley of The Music, ada Drumer Collective pada saat itu aku merasa sudah cukup merasa sudah cukup mewakili untuk jadi support system di back bone Jakarta Drum School. Saya, Harry, dan Mas Pras berpikir bahwa edukasi adalah dasar penting. Seperti yang Harry bilang tadi achievement yang kita terima itu sedikit, tapi achievement dari murid-murid kita yang jadi musisi dan membuat kita bangga sekali”, tambah Taufan.
Perjalanan Jakarta Drum School sebagai institusi edukasi hingga 17 tahun ini sudah banyak menghasilkan musisi-musisi dalam scene musik. Banyak juga tantangan yang dihadapi apalagi saat pandemi Covid-19 melanda. Prasodjo Wijanarko menuturkan,
“Masa yang sulit selama perjalanan 17 tahun JDS adalah jaman saat terkena covid, kita ngajarin drum lewat online komputer kita belum memadai tapi alhamdulillah akhirnya kita bisa melewati itu dan bertahan, itu yang menjadi tantangan paling berat”, papar Prasodjo Wijanarko.
Tak hanya memikirkan unsur bisnis saja JDS juga memberikan kesempatan program dengan beasiswa kepada murid berbakat yang tidak mampu,
“Jakarta Drum School ketika ada orang yang benar-benar berbakat tapi tidak mampu, kita kasih beasiswa. Jangan kita membendung orang cuma gara-gara ga punya kesempatan dia juga punya hak untuk maju, dengan catatan harus serius kita kasih kesempatannya selebihnya terserah dia”, papar Harry lagi.
Prasodjo Winarko yang juga founder Jakarta Drum School ikut menambahkan pendapat Taufan dan Harry perkenalannya dan persahabatannya,
“Dulu saya mengenal mas Taufan sekitar tahun 80-an sejak masih sekolah di Amerika, kalau dengan Mas Harry dulu saya adalah customer buat drum dari dia. Pertemuannya sangat kebetulan lewat audio pro saya telpon ini yang nulis mas Harry saya boleh dapat nomer telpon sampai akhirnya ketemu. Berjalannya waktu dua, tiga tahun kita sering diskusi kok mulai ngeklik. Saya ngomong sama mas Harry, Taufan ya kalian sekarang artis wara-wara banyak yang kenal tapi nanti 20 atau 30 tahun kemudian disuruh perform aduh asam urat, udah ga bisa ini segala macam, udah tua”, ungkap Mas Pras panggilan akrabnya.
“Satu-satunya jalan untuk melestarikan nama-nama kalian itu adalah dengan membuat satu institusi. Mempunyai murid-murid yang betul, jika menghasilkan regenerasi yang betul jadi biarlah mereka yang meneruskan legacynya. Jadi setiap orang yang pernah belajar di JDS tetap ingat oh kita ini dari Jakarta Drum School, sehingga ini bukan sekedar kursus-kursus biasa, oh gua kursus sama orang terkenal tapi lebih ke arah instusi yang benar dan pengajaran yang benar”, tambahnya.
Perlu diketahui bahwa Jakarta Drum School akan mendirikan institusinya lagi di daerah PIK 2 yang rencananya JDS adalah menyasar generasi-generasi milenial yang sudah banyak bergeser dari daerah Selatan,
“Generasi-generasi milenial sekarang sudah mulai bergeser ke pinggir, Bintaro, BSD. Untuk mencapai ke daerah Selatan dari daerah-daerah itu perlu effortnya lumayan. Kebetulan Mas Pras punya lahan di PIK 2. Saya lihat ke depan new Jakarta ada disana, yang di Jakarta Selatan tetap dipertahankan tapi kedepannya kita akan mulai sesuatu fase yang baru. Kita akan bangun gedung sendiri jadi kita lebih eksplore lagi”, jelas Harry Murti.
Setelah 17 tahun berjalan Jakarta Drum School memiliki harapan untuk bisa berkontribusi bagi bangsa Indonesia, Harry Murti mengungkapkan,
“Jakarta Drum School ini kan sudah beregenerasi berkali-kali, yang tadinya murid sekarang sudah ngajarin murid juga. Jadi harapan ke depan bahwa Indonesia ini bangsa besar loh, sebuah bangsa bisa besar karena budaya, kita berkontribusi untuk sesuatu yang berguna dalam hal berkesenian terutama drum. Kedepan semakin besar dan bangsa kita semakin ngerti”, tutur Harry.
“Project pilot kita awalnya memang drum, namun secara grand plan nanti akan ada Jakarta Gitar School, Jakarta Bass School, Jakarta Keyboard School. Sementara kita sangat hati-hati bayangin 17 tahun belum, kalau sekedar bisnis 2 atau 3 tahun sebenarnya bisa. Tapi kita bukan hanya bisnis”, tutupnya. (BS)