SERANG, biem.co – Menulis bukanlah hal yang sulit. Meski demikian, menulis sebuah tulisan yang diminati orang lain memerlukan teknik tertentu. Dan rumus jitu dalam menghasilkan tulisan yang baik adalah menulis dengan hati.
Perbincangan mengenai dunia tulis-menulis ini terekam kegiatan pelatihan kepenulisan dan jurnalistik yang digelar oleh komunitas Istana Belajar Anak Banten (Isbanban) di Kantor Redaksi biem.co, Minggu (10/1/2016).
Project Leader Isbanban Panji Aziz Pratama mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat menulis pada anggota komunitasnya itu. Isbanban sendiri merupakan komunitas yang lahir sebagai bentuk kepedulian pada dunia pendidikan di daerah pelosok Banten. Hingga kini, Isbanban telah hadir di tujuh kabupaten/kota di Banten dengan delapan taman baca.
Baca juga: Panji Aziz Pratama: Keep Istiqomah, Keep Going, and Keep Caring!
“Dengan menulis, teman-teman telah membantu mengabadikan jejak Isbanban di dunia pendidikan Banten. Banyak sekali kisah-kisah mengharukan yang kita alami di lapangan. Kalau itu dituliskan, tentu akan sangat menginspirasi teman-teman lain di luar sana,” ujar Panji.
Pemimpin Redaksi biem.co, Setiawan Chogah hadir sebagai salah satu pembicara dalam kegiatan yang diikuti oleh sekitar 20 peserta ini.
Setiawan menilai, semua orang telah memiliki bakat untuk bercerita, namun hanya sedikit yang menemukan cara bercerita lewat tulisan yang menarik.
“Yang penting adalah menulis dengan hati, lepaskan diri kita terhadap motivasi-motivasi dari luar, misalnya motivasi agar tulisan kita diterbitkan di media tertentu. Jika kita masih terperangkap dalam hal-hal tersebut, kita tidak akan nyaman dan leluasa dalam menulis,” tutur Setiawan.
Setiawan pun mengatakan, pada awalnya ia tidak ingin menjadi penulis. Lulusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa itu mengaku “terjebak” dunia tulis-menulis setelah cerpen pertamanya dimuat media, lalu menjadi jurnalis di Tabloid Banten Muda 2013 lalu.
“Waktu itu saya hanya ingin menulis demi memenuhi kepuasan batin dan mengusir galau gara-gara IP pertama saya hanya satu koma,” ujarnya bercanda.
“Karena saya bukan siapa-siapa dengan IP segitu, maka saya mencari dunia saya sendiri, dan saya temukan dunia itu lewat menulis. Jadi kalian jangan pernah takut untuk memulai menulis. Sejelek apa pun menurut kalian tulisan yang kalian buat, itu tetap harus dihargai. Teruslah menulis biar dunia tidak mengabaikan kalian,” pesan Setiawan kemudian.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Banten Muda Community Irvan Hq. Menurutnya, momen ini semestinya dimanfaatkan untuk mengeluarkan kemampuan yang selama ini terpendam.
Irvan yang juga merupakan CEO biem.co ini menilai, Isbanban kaya akan kisah-kisah berharga yang harus ditulis dan diketahui masyarakat.
“Sekuat apa pun usaha Adik-adik mengajar sampai ke pedalaman, tapi kalau itu tidak ditulis, yang merasakannya hanya Adik-adik sendiri. Masyarakat harus tahu dengan apa yang Adik-adik lakukan untuk pendidikan Banten, maka harus dituliskan pengalaman itui,” tuturnya.
Di akhir pelatihan, Irvan berpesan kepada para peserta agar jangan terlalu memusingkan bahwa mereka bukan keturunan penulis atau tidak mempunyai bakat menulis. “Yang penting menulis saja dan jangan pernah menunda niat untuk menulis,” pungkas Irvan. (red)