Kabar

Manusia Silver Jadi Sorotan, Forum Anak: Pemerintah Kurang Kreatif

KOTA SERANG, biem.co — Belakangan ini marak anak-anak di bawah umur terlibat menjadi ‘manusia silver’ di beberapa lokasi. Fenomena tersebut mendapat sorotan dari berbagai pihak.

Ketua Forum Anak Banten, Muhammad Faris Faisal menuturkan, fenomena maraknya keterlibatan anak-anak di bawah umur yang menjadi manusia silver diakibatkan beberapa alasan. Salah satunya karena faktor menurunnya ekonomi keluarga pada saat pandemi Covid-19.

“Anak-anak yang menjadi manusia silver ini bisa jadi penyebabnya karena putus sekolah atau kondisi ekonomi keluarganya sangat menurun di masa pandemi Covid-19 seperti ini,” ujarnya kepada biem.co, Senin (28/2/2021).

Faisal prihatin dengan kondisi tersebut lantaran anak-anak yang seharusnya mendapatkan pembelajaran serta kasih sayang orangtua terpaksa harus menjalani pekerjaan yang tak seharusnya dikerjakan.

“Tetapi sayang sekali, padahal usia anak itu seharusnya bersekolah, bermain bersama teman-teman, berkumpul bersama keluarga dan kegiatan lainnya. Bukan bekerja,” ucapnya.

Faisal akan mengupayakan diskusi mengenai fenomena tersebut dengan pihak terkait, yaitu dinas sosial untuk mencari jalan keluarnya.

“Peran fungsi forum anak terkait manusia silver ini belum bisa bertindak secara langsung. Jadi kami mungkin hanya bisa mengadakan pertemuan dan mengobrol bersama Dinsos, untuk membahas fenomena manusia silver ini,” ungkapnya.

Sementara, Formateur Ketua Kohati HMI MPO Cabang Serang, Yulianti menuturkan, Pemkot Serang tidak boleh abai dalam persoalan anak-anak yang bekerja, termasuk sebagai manusia silver yang ada di beberapa titik lampu merah. Apalagi, menurutnya Kota Serang telah mendapatkan predikat sebagai Kota Layak Anak.

“Jangan sampai Kota Layak Anak hanya menjadi predikat seremonial belaka. Tidak lucu ketika mendapatkan predikat tersebut, tapi anak-anak justru malah dipekerjakan dan dilakukan pembiaran begitu saja oleh pemerintah,” ujarnya.

Menurutnya, memang sulit menyelesaikan persoalan anak yang bekerja di jalanan, baik sebagai manusia silver, pengamen atau pengemis. Sehingga, dibutuhkan kreativitas dan komitmen dari seluruh OPD terkait untuk menyelesaikannya.

“OPD terkait seperti Satpol PP, Dinsos, Dindik dan DP3AKB harus bisa berkolaborasi untuk menentukan penyelesaian masalah ini. Harus ada kreatifitas dan komitmen dari Pemkot Serang,” ungkapnya.

Mahasiswi asal Untirta tersebut mengatakan, pemerintah juga harus bisa menganalisis akar persoalan anak-anak yang bekerja di jalanan.

“Jangan sampai pemerintah salah melakukan analisis, sehingga tidak tepat dalam melakukan penyelesaian. Misalkan kalau memang si anak ini dipaksa oleh orangtuanya, tentu perlu ada tindakan tegas karena itu melanggar hukum. Kalau memang ini karena faktor ekonomi, lakukan penyelesaian secara ekonomi,” jelasnya.

Apalagi, kata Yulianti, jika ternyata anak-anak tersebut hanya ingin meluangkan waktu karena sistem belajar dari rumah yang kurang kreatif sehingga membuat bosan, perlu adanya perbaikan besar-besaran dalam sistem pembelajaran selama pandemi ini.

“Bukan tidak mungkin anak-anak ini ternyata merasa bosan dengan pola pembelajaran yang diberikan. Mungkin mereka bosan karena hanya mendapatkan tugas saja dan melihat adanya peluang untuk mendapatkan uang sambil berinteraksi dengan temannya. Bisa saja itu terjadi,” tandasnya. (Ajat)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button