Kabar

Miris, Satu Keluarga di Kaduhejo Pandeglang Tinggal di Gubuk Reyot

KABUPATEN PANDEGLANG, biem.co — Sobat biem, Een (30) Salah satu warga Kampung Curug Luhur, Desa Banjarsari, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang, Banten, tinggal di gubuk. Een tinggal bersama tiga orang anaknya, Bapak Sanukri (90) mertuanya, dan Mam’nun (45) suaminya yang bekerja serabutan.

Pantauan di lokasi, rumah yang berukuran sekitar panjang 7 meter, dan lebar 5 meter tersebut sudah tidak layak untuk huni. Hal tersebut terlihat dari kondisi atap dan bilik rumah yang berlubang. Tidak hanya itu tiang-tiang penyangga pun miring dan sudah rapuh.

“Saya tinggal disini bersama keluarga dan mertua saya sudah tiga tahun. Kondisi rumah sudah 2 tahun seperti ini, mau dibenerin juga gak ada biaya,” ujar Een, saat ditemui di kediamannya, Selasa (06/10/2020).

Kata Een, dengan keadaan ekonomi yang kurang dan penghasilan suaminya yang bekerja serabutan Ia tidak mampu untuk merenovasi rumah yang berdiri di pinggiran persawahan. Ia juga mengatakan, terkait bantuan untuk rumahnya baik dari Pemerintah Desa, Kabupaten, maupun Pusat belum pernah Ia dapatkan.

“Bantuan rumah belum pernah ada, ini aja listrik masih nyambung dari rumah tetangga. Bilangnya mau ada listrik gratis, tapi sampai sekarang belum kunjung ada,” terangnya.

Selain rumah yang tidak layak huni, dalam satu keluarga ini juga terdapat dua orang yang memiliki kelainan. Yakni, Sanukri yang merupakan mertua Een, tidak dapat berjalan, bertahun-tahun, Sanukri hanya bisa berbaring ditempat tidurnya yang jauh dari kata nyaman. Selain Sanukri, anak ketiga dari Een dan Mam’nun yakni Fatih (3) juga memiliki kelainan, anak berusia tiga tahun tersebut kondisi tubuhnya lemas dan tidak bisa berjalan.

“Kalau mertua tidak bisa jalan udh bertahun-tahun, ya mungkin faktor usia juga. Kalau anak saya yang kecil ini sejak umur 1 tahun, awalnya gak apa-apa, tapi badan kemas dan tidak bisa berjalan,” ungkapnya.

Een menuturkan, terkait mertuanya Ia sudah membawanya berobat satu kali namun tidak ada perubahan, adapun untuk anaknya Ia juga sudah membawa ke Puskesmas terdekat dan dokter menyatakan bahwa anaknya mengidap penyakit gizi buruk. Karena keterbatasan ekonomi, Ia pun tidak dapat lagi membawa anak dan mertuanya kerumah sakit.

“Dua-duanya juga udh pernah dibawa berobat satu kali, tapi tidak ada perubahan dan mau  berobat lagi gak ada biaya. Bantuan covid-19 cuma dapat sekali, itupun mertua saya yang dapat,” tutur Een.

Dengan kondisi rumah tidak layak huni, dan keadaan anak dan mertuanya yang kondisi kesehatannya tidak baik, Een berharap pemerintah baik desa, kecamatan, kebupaten, provinsi hingga pusat dapat membantu keadaan keluarganya.

“Saya pengen anak saya sembuh, mertua saya sembuh. Dan rumah juga ya semoga ada yang mau membantu selayaknya rumah warga lainnya,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Rt 10/04 Kampung Curug Luhur, Masrudin mengatakan, dirinya sudah mengusulkan keluarga Een terkait kesehatan anak dan mertua Een kepada pihak Desa Banjarsari, akan tetapi respon pihak desa sangat kurang. Selain itu, Ia juga mengusulkan listrik gratis kepada pihak terkait akan tetapi hingga kini listrik untuk rumah Een tidak kunjung tiba. Meskipun respon pihak desa kepeduliannya kurang terhadap warganya, akan tetapi Ia sebagai Rt setempat akan terus mendorong agar keluarga Een dapat terbantu.

“Dulu pihak desa ada pernah sekali nengok keadaan keluarga Een, tapi udh gitu tidak ada lagi. Dulu aja pas anak Een sakit cuma sekali dianterin oleh kader, terus mobil bumdes tidak bisa mengantarkan anak Een dengan alasan tidak ada supirnya,” terangnya.

Hingga berita ini di muat, pihak desa belum bisa memberikan tanggapan apapun terkait keluarga Een. (Sopian)

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button