KOTA SERANG, biem.co – Sobat biem, anak muda Indonesia memiliki tingkat optimisme paling tinggi terhadap sektor Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan. Hasil ini diperoleh dari survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2020 yang dilakukan oleh Good News From Indonesia (GNFI) pada Juli-Agustus 2020.
Optimisme ini tampak dari perolehan angka net indeks lebih dari 50 persen, yakni 68 persen. Salah satu aspek yang paling dipandang positif menurut anak muda adalah perkembangan pariwisata, terutama terkait informasi dan pengenalan tempat-tempat pariwisata yang kini semakin mudah diakses, dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi.
“Akses informasi melalui internet, mobile phone, dan media sosial membuat anak muda bisa belajar secara langsung tentang tren. Fenomena yang saya temukan adalah anak muda saat ini sedang bergeliat mencari dan memperkuat identitas kelokalan mereka. Mereka mencari currency, sesuatu yang berasal dari kekhasan kota dan etnis untuk diangkat menjadi sebuah tren global,’’ kata Muhammad Faisal, Pendiri Youthlab Indonesia, yang selama satu dekade telah meneliti generasi muda Indonesia, baru-baru ini melalui Zoom Meeting.
Kemudian, berkembangnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), industri kreatif, perusahaan rintisan (startup) dan iklim kewirausahaan juga dipandang positif oleh generasi muda. Salah satunya karena perkembangan ini juga membuat pilihan lapangan pekerjaan makin beragam. Yang dinilai sebagai pendorong kemajuan ini adalah perkembangan teknologi digital. Sektor ini mendapat angka Indeks 64 persen.
Kendati demikian, responden masih meragukan kemampuan pemerintah menurunkan angka ketimpangan sosial antara kaya dan miskin di tengah masyarakat. Generasi muda lebih mengkhawatirkan aspek ekonomi daripada aspek kesehatan dari pandemi Covid-19. Hal yang paling disoroti adalah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat roda perekonomian bergerak melambat yang dikhawatirkan akan memicu krisis ekonomi.
“Wajar jika masyarakat khawatir akan kondisi ini karena pandemi merupakan situasi darurat yang tak pernah terprediksi. Namun, perlu diketahui bahwa hingga akhir 2019 lalu, indeks kepercayaan konsumen masyarakat masih tetap tinggi. Salah satu alasannya adalah kepercayaan dan optimisme mereka akan ketersediaan lapangan pekerjaan dan tingkat harga yang masih terjaga,” ujar Moekti Prasetiani Soejachmoen, Chief Economist Danareksa Research Institute.
“Sejak adanya pandemi, bantuan sosial yang disediakan oleh pemerintah mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama bagi kelompok masyarakat miskin,’’ pungkasnya. (hh)