biem.co – “Hope you enjoy your stinkin’ phones”, (Semoga Anda menikmati ponsel busuk Anda), begitulah kira-kira maksudnya. Itulah kalimat sindiran terakhir yang tertuang pada koran Washington Post Express, milik orang terkaya di dunia, Zeff Bezos, yang harus “sakaratul maut’, karena tidak mampu melawan gempuran koran digital yang biasa kita akses di ponsel kita.
Coba deh sobat biem ingat-ingat, kapan terakhir kali baca koran cetak? tahun lalu, dua tahun lalu, atau lima tahun lalu? Rasanya sudah lama sekali, kan?
Sejak era disrupsi membawa kejayaan internet, mayoritas media cetak di dunia mulai ditinggalkan pembaca. Ada yang tutup, sebagian besar juga bertransformasi ke flatform digital untuk bisa bertahan.
Kami yakin, sobat biem juga pasti lebih sering membaca berita lewat ponsel dibanding koran cetak, iya kan?!

Oia, tahun lalu di Indonesia, Tabloid Cek & Ricek tercatat sebagai media cetak yang gulung tikar. Terbit sejak 1997, kini tabloid itu bertransformasi ke flatform digital.
Mungkin sobat biem pernah membaca hasil riset Nielsen Indonesia, yang menyatakan bahwa saat ini pembaca media online sudah lebih banyak ketimbang media cetak. Jumlah pembeli koran pun terus merosot dalam empat tahun terakhir karena masyarakat beranggapan bahwa informasi seharusnya bisa didapat secara gratis dan mudah dijangkau.
Tentu saja, ini semua karena internet. Dengan adanya internet, informasi didapat dengan sangat mudah dan cepat, selain itu media online juga memiliki kelebihan dalam format multimedia seperti audio, video serta infografik.
Akan tetapi, karena eksistensinya yang terlampau cepat, banyak pembaca yang merasa jenuh ketika mengonsumsi berita digital. Kejenuhan ini biasanya datang dari kaku dan monoton-nya format berita dan bahasa yang disajikan. Kalau dulu koran cetak ditargetkan untuk lintas profesi saja, sekarang, koran digital ditargetkan untuk dikonsumsi oleh lintas generasi.
Sobat biem juga pasti pernah membaca media online yang gaya bahasa jurnalistiknya kaku, monoton dan tidak komunikatif, seperti koran cetak, dulu, kan?! Pasti membuat jenuh. Kejenuhan ini biasanya diakibatkan karena gaya penulisan yang dipakai oleh media tersebut. Beberapa orang menganggap bahwa ini seperti memindahkan kertas koran ke atas ponsel.
Antisipasi kejenuhan inilah yang membuat kami harus harus terus meningkatkan kreativitas dan kualitas penulisan. Untuk itu, kami ingin berbagi sedikit menyoal gaya bahasa jurnalisme digital yang komunikatif dan enak dibaca.
Sabtu (6/6) di Kantor Redaksi biem.co, diupgrade langsung oleh salah satu pimpinan kami, Mahdiduri, kami belajar bagaimana membuat berita yang komunikatif dan edukatif.
Bahasa yang Komunikatif
Berita yang ditulis oleh jurnalis setidaknya harus komunikatif, dan tidak berbelit-belit. Berita harus ditulis dan disajikan dengan terus terang dan langsung pada pokok permasalahannya. Pembaca akan merasa bahwa informasi yang dibacanya singkat namun jelas.
Berita harus Spesifik
Berita yang ditulis oleh jurnalis sebaiknya spesifik. Menggunakan kalimat-kalimat yang singkat dan tidak terlalu panjang. Penggunaan kata dalam berita harus hemat sehingg akan berdampak pada makna yang disajikan. Pembaca akan menghargai itu dan kemudian merasa bahwa informasi yang didapatkannya sangat jelas dan tidak bias.
Penggunaan kata atau kalimat-kalimat yang berdasarkan kaidah informatif dan spesifik tentu saja akan mampu menghadirkan unsur-unsur Audience Control, Nonlienarity, Immediacy, Multimedia Capability serta Interactivity.
Audience Control
Unsur ini memungkinkan setiap pembaca untuk lebih leluasa memilih berita yang ingin dibaca
Nonlienarity
Konsep nonlinearity memungkinkan setiap berita yang ditulis dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca berita secara berurutan dan dapat menghemat waktunya. Jika ingin membaca berita yang linear, pembaca biasanya menyimpan link berita untuk membacanya di lain kesempatan.
Immediacy
Di dunia yang serba cepat, unsur ini memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada pembaca. Biasanya media online akan memanfaatkan fasilitas notifikasi di sistem web-nya. Jika pembaca sudah melakukan subscribe, maka setiap berita yang tayang akan terkirim dalam bentuk notifikasi ke ponsel pembaca.
Multimedia Capability
Unsur ini memungkinkan pembaca menikmati berita dengan variatif dan tidak monoton. Format penayangan berita seperti ini biasanya selain menyertakan teks juga menyertakan suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita.
Interactivity
Tulisan dan format yang dibuat harus sedemikian rupa mengajak pembaca untuk berpatisipasi, seperti menyediakan fasilitas komentar dan share, sehingga pembaca bisa mengomentari dan atau melakukan share ke platform lain seperti facebook, twitter, instagram, dan lainnya.
Semoga bermanfaat ya, Sobat biem.
Salam berkarya dan berbagi inspirasi^_^
