biem.co – Salah satu sektor yang paling rentan terkena hantaman pandemik coronavirus adalah Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Beberapa pakar mengatakan bahwa sektor ini tak bisa lagi menjadi penyangga perekonomian seperti saat krisis ekonomi dan keuangan tahun 1998 dan 2008.
Seluruh upaya tentu saja harus dilakukan agar UMKM tetap menjadi salah atu sektor penopang strategis perekonomian nasional. Tidak mudah, memang, akan tetapi, kita bisa melakukan upaya-upaya kongkrit agar sektor ini tetap tumbuh dan menjadi andalan perekonomian.
Berikut biem.co hadirkan ulasan ahli tentang bagaimana agar UMKM bisa bertahan dan bahkan tumbuh di masa dan pasca pandemi coronavirus.
Background: Era Pandemi
Wirausaha merupakan kunci mengubah dunia, karena memiliki kemampuan untuk memberikan kekuatan dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang akan dikembalikan pada setiap individu. Tercatat ada sekitar 37.000 pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang melapor ke Kementerian Koperasi dan UKM merasakan dampak adanya pandemi virus corona atau Covid-19. Terdapat 949 laporan dari pelaku koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak wabah virus Corona (Covid-19).
Sampai Mei 2020, keluhan yang masuk ke Kementerian Koperasi dan UMKM diantaranya penurunan daya beli masyarakat sebanyak 68%; kesulitan bahan baku sebanyak 6%; masalah distribusi sebanyak 10%; kesulitan permodalan sebanyak 12%; dan terhambatnya produksi sebanyak 4%.
Menurut Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki, kondisi UMKM nasional saat ini berbeda dibandingkan saat krisis keuangan pada 1998. Saat krisis ekonomi, UMKM bisa menjadi penolong perekonomian nasional, ketika banyak usaha besar, perbankan berjatuhan. Ekspor UMKM malah naik sampai 350 persen. UMKM bisa menggeliat di tengah krisis keuangan dipicu beberapa hal. Salah satunya Dolar AS yang menguat, memberi keuntungan bagi UMKM yang mengekspor produknya. Ekspor UMKM kebanyakan furniture, yang berbasis bahan baku lokal. Kemudian hasil laut, pertanian, tambang, rempah itu meningkat hingga 350 persen.
Sementara saat ini, akibat pandemi coronavirus, tak hanya dalam negeri, kondisi global juga melesu terimbas coronavirus. Sehingga menyebabkan permintaan produk ekspor melemah. Seiring melesunya perekonomian global membuka peluang bagi UMKM nasional untuk mengisi pasar dalam negeri lebih besar. UMKM bisa menggantikan posisi produk impor.
Baca juga:
Menteri Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Teten Masduki menuturkan pergerakan ekonomi yang bekerja dari rumah, akan menjadi tren baru di masa mendatang akibat pandemi coronavirus. Sejalan dengan survei Nielsen yang menyatakan bahwa 49% masyarakat menjadi lebih sering masak di rumah.
Berdasarkan Riset LPEM UI, UMKM yang berpotensi di masa sekarang adalah UMKM pangan yang memproduksi produk herbal, natural, buah, sayur yang baik untuk kesehatan dan daya tahan tubuh. Selain itu juga UMKM yang menyediakan makanan praktis, mudah diolah, dan dapat disimpan lama, seperti frozen food, rendang, bumbu. Sedangkan menurut lembaga Inotek, mayoritas usaha mikro berbasis offline dengan dominasi sektor kuliner sebesar 41,69%.
Sementara Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan bahwa pemerintah perlu menetapkan sektor UMKM strategis, yang akan didahulukan dalam pemberian kredit modal kerja, seperti sektor makanan atau alat kesehatan. Contohnya banyak UMKM yang memproduksi pakaian, tapi mereka bisa bergerak memproduksi masker atau APD sehingga mereka bisa diberi bantuan. Dengan menentukan sektor prioritas, skema bantuan ke UMKM itu akan lebih tepat sasaran.
Contoh kasus: seperti yang dilakukan Arif, warga Ciruas Serang Banten, yang biasanya membuat konveksi sablon baju kini membuat masker. Mengandalkan e-commerce dan platform online untuk menjual produk. Meskipun ada penurunan pesanan, tapi masih ada yang membeli barang yang dijual.
Pasca Pandemi
Pasca pandemi, pelaku UMKM bisa memanfaatkan, setidaknya, aspek dari klaster RUU Cipta Karya untuk UMKM, yaitu Perizinan, Upah Minimum, Pendanaan, dan Pemasaran. Pemerintah menyiapkan dua skema pemberian stimulus bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terdampak coronavirus, yakni melalui mekanisme moneter dan bantuan sosial (bansos). Stimulus melalui mekanisme moneter diberikan kepada usaha yang masih bisa bertahan. Sedangkan, mekanisme bansos diberikan kepada UMKM di sektor mikro dan ultramikro yang sudah tidak bisa berjualan.
Adapun beberapa kebijakan lainnya yakni, penghapusan pajak selama enam bulan hingga memberikan stimulus daya beli produk UMKM. UMKM yang tidak bisa bertahan di tengah pandemi sudah disiapkan program bantuan langsung tunai (BLT) dan juga Kartu Prakerja, serta Pajak UMKM nol persen.
Solusi pembiayaan bisnis pun ditawarkan oleh pihak perbankan. Beberapa bank plat merah memberikan layanan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan wirausaha. Program wirausaha digunakan untuk menambah modal usaha, mengganti modal usaha, melakukan take over, ekspansi usaha produktif, dan investasi, dengan persyaratan yang mudah, cicilan ringan, dan prosesnya cepat. Yang layak mendapatkan program wirausaha adalah usaha yang memiliki pengalaman usah minimal 1 tahun dan tidak tercatat DHN (Daftar Hitam Nasional) dan tidak tergolong debitur macet.
Pasti! UMKM bisa bertahan
Berdasarkan keluhan pelaku UMKM yang disinggung sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa wabah coronavirus berdampak terhadap bisnisnya. Para pemilik bisnis UMKM harus siap mengantisipasi agar usahanya tetap produktif dan tidak gulung tikar, pilihan tersebut diantaranya tetap mempertahankan posisinya di tengah pandemi dengan berjualan produk UMKM melalui pemasaran online, tawarkan pelanggan dengan harga terjangkau atau diskon; pelaku UMKM dapat mencari subsidi bahan baku produksi dari wilayah terdekat atau harga terbaik; UMKM dapat mencari tahu stimulus atau kebijakan UMKM oleh pemerintah demi membantu kelangsungan bisnis selama pandemi corona seperti bantuan modal; distribusi terhadap konsumen terlambat, pelaku UMKM dapat memberitahu terlebih dahulu kepada konsumen agar harapan sampainya barang sesuai dengan ekspektasi awal konsumen; dan UMKM merancang ulang stok barang sesuai anggaran modal yang diperlukan untuk bisnis sehingga mampu mengoptimalkan kebijakan dan strategi yang dimiliki.
Selain itu, terdapat tiga langkah strategi UMKM yang bisa menjadi kebangkitan saat ini dan masa yang akan datang yaitu: Strategi bertahan. Usahakan pertahankan usaha yang ada, jika kurang menguntungkan bisa lakukan subsidi produk lain agar usaha anda bisa tetap bertahan. Kurangi biaya yang tidak penting, usahakan lunasi kewajiban cicilan dan selesaikan, jangan meminjam kepada pembiayaan dengan biaya yang memberatkan, masih untung ada kerabat atau saudara yang bisa meminjamkan modal dengan waktu yang tidak dipatok.
Strategi pemulihan. Upayakan setelah pandemi selesai, mulai usaha dari nol, mulai dari hulu dan hilir, supply dan demand, serta langkah strategi recovery pelanggan yang lama dan produk yang sudah ada sebelumnya. Lalu, terakhir lakukan Strategi transisi dan move on teknologi. Untuk usaha yang offline sudah saatnya beralih menggunakan digital marketing, affiliate marketing, atau minimal social media marketing. Karena sudah ada beberapa komunitas webinar pemasaran online hingga couching clinic pemasaran online. Sehingga masyarakat sudah siap menghadapi era Society 5.0 dan menyongsong era Industri 5.0 yang sudah di depan mata.
*Hafidz Hanafiah
Konsultan, Peneliti, Penulis, dan Akademisi Universitas Bina Bangsa