KOTA SERANG, biem.co — Tren penyebaran HIV/AIDS tidak lagi melalui jarum suntik, melainkan melalui seks bebas. Demikian dikatakan oleh Project Officer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten, Arif Mulyawan kepada biem.co saat ditemui di aula Bappeda Provinsi Banten beberapa pekan lalu.
Menurutnya tren penularan melalui jarum suntik itu banyak terjadi pada tahun 90’-an. Karena saat itu heroin sangat mudah didapat dan murah.
“Tren jarum suntik pada tahun 90’-an cukup tinggi, Seiring berubah zaman situasi heroin sulit didapat dan jarum suntik bukan lagi jadi faktor utama penularan. Tapi prilaku seksual menjadi faktor yang semakin tinggi,” ujarnya.
Arif menyatakan tingginya penularan HIV/AIDS melalui perilaku sekseual disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung.
“Ponsel pintar yang ada digenggaman jadi salah satu faktor, kami menyebut dengan istilah narkolema (narkoba lewat mata) karena mengunduh blue film dan akhirnya mencari. Tidak hanya itu stimulan dari obat-obatan, seperti sabu-sabu juga dapat mengakibatkan meningkatkan hormon seksual, karena terpengaruh obat seseorang tidak akan memikirkan menggunakan alat kontrasepsi dan berhubungan dengan siapa saja, termasuk LSL (lelaki seks lelaki),” imbuhnya.
Maka dari itu perlu semua pihak untuk ikut serta menekan penyebaran HIV/AIDS ini, agar tidak semakin meningkat.
“Kalau secara estimasi penderita di Banten ada di angka 16.000, namun secara temuan kasus ada 7.000. Jadi sangat perlu upaya penanggulangan yang masif dari semua stakeholder termasuk peran keluarga, dan bukan saja tugas dari Dinkes dan KPA,” tandasnya. (iy)