Film & Musik

5 Fakta Unik di Balik Layar ‘Perempuan Tanah Jahanam’

biem.co – Film terbaru Joko Anwar, Perempuan Tanah Jahanam, telah berhasil menembus lebih dari satu juta penonton. Film bergenre horor thriller ini menyita perhatian para penikmat film Indonesia karena menyajikan cerita horor yang berbeda sejak dirilis pertama kali pada 17 Oktober 2019.

Film ini bercerita tentang Maya yang berusaha bertahan di kota tanpa keluarga, hanya sahabat baiknya Dini, yang bersama dirinya jatuh bangun mencoba memperbaiki hidup.

Di suatu hari, Maya mendapatkan informasi bahwa dia mungkin memiliki harta warisan dari keluarganya yang kaya di sebuah desa. Maya dan Dini pun ke sana, tanpa menyadari bahaya yang menanti.

Mau nonton film Perempuan Tanah Jahanam pekan ini? Sebelum ke bioskop, simak dulu fakta-fakta unik berikut ini.

Ditulis Sejak Tahun 2009

perempuan tanah jahanam
Film ‘Perempuan Tanah Jahanam’ diawali dari mimpi. (Foto: Rapi Films)

Meski baru dirilis Oktober 2019, ternyata skenario film Perempuan Tanah Jahanam sudah ditulis oleh Joko Anwar sejak tahun 2009. Joko mengaku sering bermimpi berada di sebuah desa dan melihat seorang perempuan tua di depan sebuah rumah.

Akhirnya tahun 2018, Base Entertainment yang didirikan oleh Shanty Harmayn menunjukkan skenario Perempuan Tanah Jahanam kepada Ivanhoe Pictures, perusahaan film di Los Angeles yang membuat Crazy Rich Asians dan The Wailing. Kedua perusahaan tersebut menyukai film itu.

Beberapa perusahaan film lain, CJ Entertainment dari Korea Selatan dan Rapi Films bergabung untuk memproduksi Perempuan Tanah Jahanam yang dijalankan oleh Logika Fantasi yang dipimpin Tia Hasibuan.

Syuting di Banyak Lokasi Terpencil

perempuan tanah jahanam
Salah satu lokasi syuting yang tak berakses mobil. (Foto: Rapi Films)

Lokasi syuting film ini dilakukan di banyak lokasi sepanjang Jawa Timur. Rumah besar dalam cerita tersebut ditemukan di Banyuwangi, rumah tua yang sudah tidak dihuni hampir 30 tahun.

Kemudian, syuting juga dilakukan di sebuah desa di tengah hutan yang sudah ada sejak tahun 40-an untuk tempat tinggal penduduk yang bekerja di perkebunan. Di tempat ini, tidak ada akses mobil.

Para tim harus membuka akses jalan ke desa terpencil untuk bisa dilalui mobil. Ternyata karena jalanan licin dan berbatu, setiap mobil bahkan harus ditarik dengan mobil all-terrain vehicle.

Adegan lainnya dilakukan di satu desa di kaki Gunung Ijen. Persiapan set juga secara paralel dilakukan. Para tim bolak-balik Jakarta-Jawa Timur saat pra-produksi, termasuk untuk membangun rumah Nyi Misni di pinggir hutan yang tadinya kandang sapi.

Pencarian Kuburan

perempuan tanah jahanam
Tara Basro dan Marissa Anita saat beradegan di kuburan. (Foto: Rapi Films)

Disebut Joko Anwar, kuburan adalah salah satu yang paling lama ditemukan. Untuk mencari kuburan yang berkarakter, indah sekaligus creepy, timnya membutuhkan waktu tiga bulan untuk mendatangi puluhan kuburan.

Akhirnya kuburan ditemukan di Lumbang, di sana banyak kuburan anak kecil yang sesuai dengan kebutuhan film.

Casting Pemain

Asmara Abigail sebagai Ratih. (Foto: Rapi Films)

Banyak warganet yang merasa Joko Anwar selalu memilih pemain yang “itu-itu saja”, seperti halnya Tara Basro, Asmara Abigail, Marissa Anita, dan Ario Bayu.

Padahal, meski mereka beberapa kali bermain di film-film Joko Anwar, mereka tetap mengikuti casting untuk mendapatkan peran di film Perempuan Tanah Jahanam. Mereka yang terpilih telah berhasil mengalahkan belasan kandidat lainnya.

Selain casting di Jakarta, casting juga dilakukan di semua lokasi tempat syuting untuk mendapatkan karakter yang otentik. Salah satunya adalah Mbah yang dicasting untuk memainkan karakter Mbah-nya Asmara Abigail.

Pendalaman Karakter

Tara Basro dan Marissa Anita. (Foto: Rapi Films)

Untuk mendalami karakter, para pemain menjalani workshop sesuai kebutuhan peran, latihan mendalang, hingga latihan membawa delman.

Tara Basro dan Marissa Anita sempat melakukan observasi ke pasar-pasar, pemukiman untuk membentuk cara bicara, jalan, sesuai karakter mereka. Bahkan mereka berkerudung agar tak dikenali. (hh)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button