Resensi

Tapak Jejak, Sekuel Kisah Perjalanan Fiersa Besari

Judul: Tapak Jejak
Penulis: Fiersa Besari
Penyunting: Juliagar R.N
Penyunting Akhir: Fenisa Zahra
Pendesain Sampul: Widuri Dwi Astuti
Penata Letak: @agoytama
Foto: Fiersa Besari
Penerbit: Media Kita
Tahun terbit: Cetakan Pertama, 2019
ISBN: 978-979-794-586-2
Jumlah Halaman: 312 Halaman

Kisah perjalanan Bung, sapaan akrab Fiersa Besari berlanjut dalam buku terbarunya yang bertajuk ‘Tapak Jejak’ yang resmi rilis pada 17 Agustus 2019 lalu.

Kisah yang berawal dari niat dan tujuan yang berbeda, Bung dan 2 sahabatnya yakni Anisa Andini atau yang akrab disapa Prem dan Baduy memulai perjalanan menyusuri Indonesia. Sebelumnya, Bung sudah lebih dulu menceritakan kisah petualangannya bersama Prem dan Baduy dalam buku Arah Langkah yang terbit pada tahun 2018 dan pada buku Tapak Jejak ini menjadi sekuel lanjutan cerita dari buku Arah Langkah.

Dalam buku Tapak Jejak, Bung melanjutkan cerita perjalanannya, yang pada akhirnya harus seorang diri menjejaki perjalanan hingga ke Indonesia Timur setelah Prem dan Baduy memilih pulang untuk kembali pada rutinitas masing-masing dan tidak melanjutkan perjalanan bersama Bung.

Kisah-kisah Bung dalam menyusuri Indonesia terbilang sangat menarik, bagi beberapa pembaca mungkin bisa menjadi dorongan tersendiri dalam membangkitkan semangat bertualang. Dalam perjalanannya, Bung bercerita bahwa ia bertemu banyak sahabat baru disetiap tempat yang ia singgahi dan mereka berasal dari pelbagai kalangan. Ada Sarah, Novi, Agu, Desi, yang bekerja di civitas akademik Universitas Papua, para anggota komunitas pencinta alam dipelbagai daerah yang didatangi Bung, Irfan yang gigih dari Banda Neira dan masih banyak lagi sahabat lainnya.

Disetiap tempat yang berbeda pasti memiliki keindahan alam, budaya, tradisi, hingga cerita daerah yang berbeda-beda, hal demikian pun tidak luput untuk diceritakan oleh Bung dalam buku Tapak Jejak.

Dalam perjalanannya pula, Bung akhirnya sampai hingga perbatasan Indonesia-Papua Nugini berkat keberanian dan ketekunannya. Beliau juga sampai memotong habis rambut panjangnya ketika sampai di Raja Ampat, Papua untuk memenuhi salah satu nazarnya.

Kisah-kisahnya diceritakan Bung dengan luwes dan ringan, dalam beberapa bagian cerita bahkan sampai membuat tertawa karena membacanya.

Seperti buku Arah Langkah, sekuel buku Tapak Jejak juga dilengkapi foto-foto dokumentasi perjalanan dari lensa Bung disetiap tempat yang disinggahi.

Dalam buku ini pun, kita dapat mengenal Bung dan kisah lamanya. Karena ada bagian dalam buku yang diberi nama Kepingan Ingatan disetiap sub bagian cerita. Ada 7 kepingan ingatan yang berisi cerita-cerita metamorfosis Bung. Dari ia kecil, masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), masa Sekolah Menengah Atas (SMA), masa kuliah, hingga melakukan perjalanan panjangnya selama 7 bulan menyusuri Indonesia lalu kembali menemukan makna pulang dan rumah.

Masih sama dengan buku-buku karya Bung sebelumnya, dalam buku ‘Tapak Jejak’ juga berisi pesan-pesan humanisme dalam setiap sub judul cerita.

Kita merasa sendirian karena kita yang memilih untuk sendirian” Bagian Derana

Menangis enggak menandakan kamu lemah, selama kamu tahu cara untuk bangkit lagi” Bagian Derana

Kekuatan Tuhan memang misterius. Tepat saat aku gundah, Dia mengutus seseorang yang memberikan jawaban ke mana kaki ini harus melnjutkan arah” Bagian Kaul

Kamu boleh ngelawan siapa pun di dunia ini, tapi jangan pernah sekalipun ngelawan perempuan yang sudah melahirkan kamu” Bagian Kaul

Mencintai alam bukan hanya soal pergi bertualang. Bukan hanya soal menginjakan kaki digunung tertinggi atau melihat keindahan laut terdalam. Mencintai alam bisa dimulai dari hal terkecil. Dari melakukan kerja bakti, menanam pohon, bahkan dengan tidak membuang sampah sembarangan” Bagian Resistan

Teruslah bertualang, sahabatku, jelajahi seluruh penjuru negeri ini. Lukislah cahaya terindahmu di setiap lubuk hati sahabat lain yang akan kau temui nantinya. Aku juga akan belajar mencintai negeri ini dengan cara yang sederhana, mencintai sesama anak bangsa” Bagian Resistan

Ada kalanya kita harus berhenti berlari, menerima kenyataan, lalu pulang untuk melanjutkan hidup” Bagian Banda

Kebebasan bukanlah kebebasan tanpa adanya tanggung jawab” Bagian Banda

Apa yang menurutku benar, belum tentu benar menurut orang lain. Bukankah setiap orang punya alasannya sendiri?” Bagian Banda

Apa tidak malu, tahu banyak soal Eropa dan Amerika,tapi tidak tahu ada apa aja di negeri sendiri?” Bagian Panasea

Kurasa, inilah yang dimaksud dengan iklhas. Ketika kita tidak lagi memaksa melupakan, ketika mengingat tidak lagi menyakitkan” Bagian Janabijana

Buku Tapak Jejak menjadi buku keenam karya Bung, setelah lima buku lainnya yaitu Garis Waktu, Konspirasi Alam Semesta, Catatan Juang, 11:11 dan Arah Langkah. (susi)

Editor: Irwan Yusdiansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button