LEBAK, biem.co – Pada era digital seperti saat ini, empat desa di wilayah Kabupaten Lebak, Banten masih sulit mengakses jaringan internet atau jaringan komunikasi. Empat desa tersebut yakni Desa Lebak Peundeuy, Desa Ciparahu, Desa Citeupuseun, dan Desa Cikaret.
Masyarakat yang bertempat tinggal di empat desa itu mengeluhkan kondisi tersebut. Mereka harus rela keluar rumah ataupun pergi ke dataran tinggi untuk mendapatkan jaringan, dan itu pun hanya ada di titik-titk tertentu saja.
Menurut informasi yang dihimpun awak media, bagi pengguna smartphone, jaringan komunikasi atau internet sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi, karena hal itu merupakan tuntutan dari perkembangan zaman.
“Di sini mah susah sinyal, Kang. Kalau mau ada sinyal harus keluar rumah atau pergi ke tempat tertentu, misal, ke daerah dataran tinggi,” kata warga yang bertempat tinggal di salah satu desa tersebut dan enggan disebutkan namanya, Selasa (19/8/2019).
Dengan kondisi seperti itu, masyarakat sering kali ketinggalan informasi seputar perkembangan daerah juga nasional, yang seyogyanya diketahui oleh khalayak umum.
“Faktanya masyarakat pedesaan masih saja serba keterbatasan dalam mendapatkan hak informasi. Kami heran, untuk pemenuhan hak-hak warga selama ini masih ketimpangan, khususnya bagi warga yang tinggal di desa,” kata Dede Ilyana, warga Desa Lebak Peundeuy juga Ketua Ikatan Remaja Aktif (IKRA) Lebak Pari.
Keterbatasan jaringan komunikasi tersebut juga dirasakan warga Desa Citeupuseun. Kondisi tersebut membuat masyarakat buntu dalam mengakses informasi atau berkarya melalui dunia maya. Misalnya, untuk mengenalkan produk lokal seperti hasil home industry dan sebagainya. Padahal di era teknologi seperti sekarang ini hampir sebagian besar serba online.
“Kami minta kepada pemangku kebijakan, agar memperhatikan warganya, terutama yang ada di daerah pelosok desa. Pemerintah pusat sempat menggembar-gemborkan program internet masuk desa, tapi kok desa kami masih gelap dari informasi?,” tanya Hilmi Fahmi warga Desa Citeupuseun, juga mahasiswa Universitas Bandar Lampung (UBL).
Kondisi gelap gulita dari penerangan informasi atau akses jaringan internet dirasakan juga masyarakat Desa Ciparahu. Tak heran, jika banyak warga yang selalu ketinggalan atau kesulitan mendapatkan informasi. Sebetulnya, ini kritikan bagi pemerintah tetapi peluang juga bagi para pengusaha penyedia jasa telekomunikasi.
“Bagi kami, mau itu datangnya dari pemerintah atau pengusaha. Yang terpenting jaringan komunikasi ada dan bisa memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi warga yang menggunakan nantinya,” pungkas warga Desa Ciparahu, Ahmad Daerobi. (Iqbal/red)