KOTA SERANG, biem.co – Mahasiswa Jurusan Pendidikan Khusus (PKh) Untirta menciptakan gelang yang berfungsi sebagai alat bantu saat berkendara di jalan raya. Alat tersebut akan bergetar ketika mendeteksi suara klakson kendaraan bermotor.
Fauzil Ayuf Firmansyah salah satu pencipta gelang tersebut mengatakan, alat tersebut diciptakan dikarenakan banyaknya kasus kecelakaan yang menimpa pengendara tunarungu.
“Alat ini diciptakan karena banyak dari anak tunarungu yang juga merupakan pengendara sepeda motor, banyak mengalami musibah kecelakaan, yang disebabkan tidak mendengar suara klakson,” ujarnya, Rabu (12/06/2019) kemarin.
Berdasar kondisi tersebut, Fauzil dan teman-temannya menciptakan alat yang dapat mendeteksi suara klakson, lalu bergetar. Sehingga, penyandang tunarungu menjadi sadar ketika diklakson.
“Permasalahan tersebut yang memberikan kami ide untuk menciptakan alat ini yang juga sebagai tugas matakuliah Teknologi Asistif di jurusan PKh Untirta. Alat ini kami beri nama Deaf Bracelet Sensor atau Gelang Sensor Tunarungu,” jelasnya.
Ditanya biaya untuk menciptakan gelang tersebut, Ia mengaku pihaknya hanya menghabiskan kurang lebih Rp300.000, dan pembuatan membutuhkan selama tiga bulan.
“Untuk komponennya sendiri, kami menggunakan alat seperti Baterai, Sensor suara, Arduino Nano, LED, Vibrator, dan software untuk mengaturnya,” terangnya.
Lanjut Fauzil, dengan adanya gelang ini, dapat mempermudah penyandang tunarungu saat mengendarai sepeda motor.
“Kami berharap, alat ini bisa membantu dan mempermudah anak tunarungu dalam mengendarai motor,” ucapnya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing penciptaan alat tersebut, Toni Yudha Pratama, Ia sangat mengapresiasi alat bantu yang diciptakan oleh mahasiswanya.
“Saya sangat apresiasi atas terciptanya alat tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan bahwa alat ini merupakan proyek dari matakuliah Teknologi Asistif di jurusan PKh Untirta.
“Jadi matakuliah ini merupakan matakuliah baru. Para mahasiswa didorong untuk menciptakan alat-alat bantu bagi para oenyandang disabilitas,” katanya saat ditemui di Laboratorium PKh Untirta.
Dalam matakuliah yang baru ini, hampir seluruh mahasiswa berhasil menciptakan alat yang sangat membantu untuk penyandang disabilitas.
“Ada yang menciptakan pendeteksi warna, Scooter Mobile, Baby Walker untuk penderita Cerebralpalsy, Tongkat sensor tunarungu, dan banyak lagi. Salah satunya Gelang Sensor Tunarungu yang merupakan alat yang baru ada saat ini,” ungkapnya.
Sebagai tindak lanjut, Ia mengaku akan mengajukan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk beberapa ciptaan. Dan akan terus mendampingi para mahasiswanya, agar bisa mendapatkan investor yang ingin berinvestasi pada alat tersebut.
“InsyaAllah, dua minggu kedepan akan kami ajukan HAKI untuk beberapa alat. Salah satunya yaitu alat sensor tunarungu dan tongkat sensor tunarungu. Dan akan kami damping untuk nantinya mendapat investor,” pungkasnya. (iy)