biem.co – Kucumbu Tubuh Indahku, film karya Garin Nugroho yang telah diputar di 31 festival film internasional, nyatanya menuai banyak kontra saat hadir di layar bioskop tanah air sejak 18 April 2019. Film ini mendapatkan sejumlah kecaman dari masyarakat lantaran menyoroti masalah LGBT.
Tak hanya kecaman, petisi online pemboikotan pun terus mengalir dari warganet untuk memberhentikan penayangan film tersebut dari bioskop.
Hingga Selasa (30/04/2019), petisi yang berisi penolakan penayangan film LGBT dengan judul ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ Sutradara Garin Nugroho itu telah ditandatangani oleh 16.631 orang.
Merespons hal ini, Garin Nugroho menekankan bahwa lahirnya film Kucumbu Tubuh Indahku merupakan hasil risetnya soal Tari Lengger Lanang Banyumas, penari laki-laki yang menarikan tarian perempuan.
Menurutnya, tubuh menjadi medium tari yang penting untuk dikaji, terutama dalam membaca trauma. Dikatakan Garin, tubuh sejak lahir membawa trauma dan juga dalam beragam kehidupan.
“Film Kucumbu Tubuh Indahku juga memberi ruang dialog perjalanan tubuh personal hingga politik berfokus pada tubuh menyatunya dan olak-alik maskulin-feminin pada penari lengger,” kata Garin dalam keterangan tertulisnya.
Bagi Garin, penggambaran utama dalam film ini adalah sisi maskulin-feminin itu sendiri. Maka mengikuti film ini adalah mengikuti perjalanan tubuh maskulin-feminin dalam beragam perspektif, tak terkecuali sisi penyimpangan seksual yang memang nyata adanya.
“Inspirasi film ini dari sebagian biografi Rianto dan beberapa penari yang sering mendapat diskriminasi dalam laku dan karyanya. Untuk melengkapi uraian ini, saya sarankan membaca CV Rianto, bisa dibuka di medsos, demikian juga review karyanya,” ujarnya.
Garin menggarisbawahi bahwa Kucumbu Tubuh Indaku bertujuan untuk menumbuhkan spirit culture diversity, yakni penghormatan hidup bersama dalam keberagaman secara damai dan produktif tanpa kekerasan, persekusi, dan diskriminasi dengan penghormatan beragam perbedaan.
“Film ini sebagai bagian riset dan karya jangka panjang. Riset maskulin dan feminin yang melahirkan karya tari medium. Film Kucumbu Tubuh Indahku hanyalah bagian awal dari riset, dialog dan kekaryaan panjang. Kedepan, akan lahir karya-karya lain guna membawa dialog dalam keberagaman pandangan,” pungkasnya. (hh)