KabarTerkini

BMKG Sebut Longsoran Tebing Gunung Anak Krakatau Penyebab Tsunami di Selat Sunda

KOTA SERANG, biem.co – Bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda sesuai dengan siaran pers bersama yang dipublikasikan oleh akun Instagram resmi Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (@infobmkg) bisa disebut dengan bencana multievent yang diakibatkan oleh gelombang tinggi, tsunami, erupsi gunung api, dan longsor tebing kawah Gunung Anak Krakatau.

Dalam siaran persnya, BMKG mengaku siap untuk mem-back-up peringatan dini tsunami akibat langsung ataupun tidak langsung dari erupsi gunung api yang dipantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan Geologi), sehingga BMKG perlu mendapat akses data gempa-gempa vulkanik yang ada di sistim peringatan dini Pusat Vulkanologi.

Berdasarkan hasil rapat  koordinasi dengan agenda pembahasan kejadian tsunami di Selat Sunda yang dilaksanan oleh BMKG Kemenko Maritim, BIG, BPPT, LIPI dan Badan Geologi ESDM pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 18.30 s/d 21.00 WIB menghasikan kesepakatan bersama, yaitu:

  1. BMKG memperoleh data tide gauge pada 22 Desember 2018 sekitar pukul 22.00 WIB, 4 tide gauge di Selat Sunda mencatat adanya anomaly permukaan air laut yang diyakini sebagai tsunami.
  2. Tsunami yang terjadi bukan disebabkan oleh gempa bumi tektonik, namun akibat longsor (flank collapse) di lereng Gunung Anak Krakatau akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
  3. Kejadian longsor lereng Gunung anak Krakatau tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJI) pada pukul 21.03 WIB juga beberapa sensor di Lampung (LWLI), BLSI), Banten (TNG/TNGI, SBJI), Jawa barat (SKJI, CNJI, LEM).
  4. Hasil Analisa rekaman seismic (seismogram) dari longsoran lereng Gunung Anak Krakatau setelah dianalisa oleh BMKG setara dengan kekuatan MLv = 3.4, dengan episenter di Gunung Anak Krakatau.
  5. Faktor penyebab lepasnya material di lereng anak Krakatau dalam jumlah banyak adalah tremor aktivitas vulkanik dan curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut.
  6. Bukti-bukti yang mendukung bahwa telah terjadi longsoran di lereng Gunung Anak Krakatau sebagai akibat lanjut dari erupsi Gunung Anak Krakatau:
    a. Deformasi Gunung Anak Krakatau bedasarkan perbandingan citra satelit sebelum dan sesudah tsunami yang memperlihatkan 64 ha lereng baratdaya Gunung Anak Krakatau runtuh.
    b. Curah hujan tinggi pada perioda waktu yang berdekatan dengan tsunami.
    c. Model inversi 4 tide gauge yang memperlihatkan bahwa sumber energi berasal dari selatan anak Krakatau
    d. Riset BPPT dan Universitas Blaise Pascal, Perancis yang dipublikasikan pada jurnal internasional.
  7. Tindak lanjut:
    a. Direkomendasikan untuk memasang tide gauge di Komplek Gunung Anak Krakatau (BIG)
    b. Survei Geologi kelautan dan batimetri di Komplek Gunung Anak Krakatau (Badan Geologi, BPPT, LIPI)
    c. Konfirmasi dari citra satelit resolusi tinggi (LAPAN) perlu cipta optic
    d. Survei udara dengan drone (BPPT)
    e. Data GPS dan Data pasut (BMKG, Pushidrosal, dan Industri di sekitar kawasan).

Dengan hasil rapat tersebut pula telah dipastikan bahwa penyebab tsunami di Selat Sunda adalah akibat terjadinya longsoran di tebing Gunung Anak Krakatau.

Sedangkan longsornya sendiri, seperti dijelaskan BMKG, diakibatkan oleh adanya tremor, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau ditambah dengan curah hujan yang tinggi pada daerah tersebut. (Iqbal)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button