JAKARTA, biem.co – Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengaku dirinya bukan perokok aktif dan melakukan pola hidup sehat, akan tetapi takdir berkata lain. Di tahun 2018, Sutopo dinyatakan mengidap penyakit Kanker Paru Stadium IV. Hingga saat ini Sutopo masih melakukan pengobatan medis.
Elisna Syahruddin PhD merupakan dokter ahli paru dari RSUP Persahabatan menyebutkan, beberapa faktor kanker paru pada orang yang bukan perokok aktif. Faktor ini mampu menekan risiko kanker paru. Beberapa faktor tersebut diantaranya, polusi dalam ruangan yang bisa berasal dari asap dapur, penggunaan asbes, dan obat nyamuk bakar. Faktor risiko ini bisa ditekan dengan membuat saluran pembuangan, membuka jendela, atau ventilasi untuk pertukaran udara.
Faktor kedua adalah polutan dari luar ruangan yang bisa berasal dari asap mesin, kendaraan, industri, kebakaran hutan, dan lahan. Faktor lainnya adalah paparan zat pemicu kanker di lingkungan kerja pabrik dan pertambangan. Faktor ini bisa ditekan dengan tidak tinggal di lingkungan tersebut, atau menggunakan masker saat melewati kawasan berpolusi tinggi.
Sutopo bercerita dalam acara Seminar Sehari Kewaspadaan dan Deteksi Kanker Paru pada Layanan Primer di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Persahabatan. Dilansir dari detik.com, Sutopo mengatakan “Kalau diingat, kantor saya dulu kecil dan penuh asap rokok. Orang di sekitar saya hampir semuanya merokok, hingga aromanya menempel di baju. Mungkin dari situlah saya yang tidak merokok bisa kena kanker paru,”
Pengalaman Kepala Pusat data dan Humas BNPB, membuktikan rokok dan asap yang dihasilkan tidak hanya menjadi faktor risiko perokok aktif, tapi juga dapat terjadi pada perokok pasif dan lingkungan sekitar. Zat Karsinogen dalam asap rokok seringkali tertinggal yang mengakibatkan mereka yang tidak merokok menjadi third hand smoke.
Elisna menjelaskan, rokok dan asapnya menjadi faktor risiko yang dapat dikendalikan, berbeda dengan umur, jenis kelamin, dan riwayat dalam keluaga. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat kanker dalam keluarga, atau pernah menderita kanker sebelumnya berisiko lebih besar mengalami kanker paru. Untuk perokok, mereka harus segera menghentikan kebiasaan yang berbahaya bagi diri sendiri dan lingkungannya. (Megawati Kusuma Dewi)