Oleh Tjahjono Widarmanto
SINGIR KUBUR
engkaulah, penghuni peti itu!
aku tak bisa menolak sabdamu
sebab aku terlahir dari tanah, dendam dan kutukan
wujudku akan selalu mengelupas di tiap hitungan
jauh sebelum debu mengabarkan kelahiran
jauh sebelum mantra didengungkan sebagai suluk
jangan berharap engkau tuan rumah abadi bagi petimu!
sejak ari-ari lepas melompat dari ketubannya
seperti planton melayang keluar dari ceruk kawah
selalu berseteru dengan musim yang selalu bergegas
melambaikan sayonara pada keriput waktu
tak pernah jadi hantu yang abadi
cuma segugus warna abu-abu serbuk tulang
sedang ruh diam-diam mengendap pergi tinggalkan peti
tanpa kata-kata permisi
akulah khianat itu, penjarah pohon yang sehurusnya kurawat !
maka akan kuterima peti penjara itu
tempat tubuhku dirajam panah
luka-luka terbuka dihisap nanah
akulah khianat itu, maling terkutuk itu1
telah kurangkai riwayat sendiri, bunga-bunga mimpi sendiri
saat ada yang berdesis merayu: betapa eloknya bugil itu
maka cahaya itu lunar dalam tubuh
maka terang itu pun jadi lampu kubur
saat jasad ditipu ruh yang diam-diam beringsut pergi
saat belatung dan ulat beranak pinak pada kelamin
persis seperti bugil penggoda itu
dan dengarlah ratapan itu
angin yang menggergaji tulang jadi debu
akulah maling yang harus dikerangkeng di peti itu
akulah, pendosa yang dirajam di peti itu
pengkhianat yang dimakan kutuk dan larva
harus menungging dalam peti pengap itu
sebelum menjadi babi yang ditusuk duburnya.
GURU, BEBASKAN AKU DARI KUTUK PENGETAHUAN ITU
apa lagi yang kau kirim untukku, guru?
telah kunyalalakan api agar membakar setiap mantra
agar bisa kulupakan suluk-suluk pengabaran rindu itu
telah kuciptakan gulita di tubir hatiku
agar gagak-gagak riuh berbiak
memanggil gonggong anjing
pun kuseru lolong srigala
biar berisik dalam tidur
telah kubakar peta itu
petunjuk mata angin arah kebun
agar mataku sesat dalam perangkap belukar
agar kaki terperosok dalam liang singa
telah kuabukan segala catatan pengetahuanmu
dan kubiarkan angin menggondolnya sesat di belukar langit
lantas membenamkan pada kubangan paling keruh bertai
agar kau bolehkan aku pergi
bebas dari kutukan sabdamu
bebaskan aku dari kutuk pengetahuanmu,
sungguh pengetahuanmu menjadikanku kuda beban
yang harus memanggul pertanyaan-pertanyaan
yang muskil ditakwil
sudahlah guru, bebaskan aku!
: tapi mengapa masih kau kirimkan surat-surat cinta itu di setiap malam!
BILANGAN DAN KEBERUNTUNGAN
bilangan adalah nasib. begitu sulit dinujum
serupa lampu-lampu berkedip-kedip bergantian
setiap nyalanya menitipkan kegaduhan tentang
siapa pemenang dan siapa terjungkal dalam kubangan
setiap bilangan serupa sinyal keberuntungan
atau justru nasib apes yang memekik
setiap bilangan bisa terang atau justru gulita
melumpuhkan hasrat mencekung menjelang subuh
keberuntungan adalah bilangan tak pasti bisa dijumlah
acap kali terduduk lesu di depan pintu rumah
saat tengah malam membukakan lorongnya
PENUJUM ANGKA
kupilih bilangan-bilangan, kau bentang dugaan-dugaan
seperti para blandong memilih pohan jati paling berurat
yang genap kau sisihkan yang ganjil aku pastikan
bilangan tersisih acapkali menebar curiga
yang dipastikan acapkali meletupkan maki
sebab hidup seperti bilangan tak selalu urut
kaupilih genap, konon entah bisikan dari mana
bilangan genap bulat membawa angin utara
dikendarai perempuan gemuk mengejar lembu dari langit.
begitulah, rahasia itu lari bersama lembu
mungkin saja kantong rejeki tersangkut di tanduknya
kupastikan ganjil.sebab segala yang ganjil itu seperti rajah
berbentuk serat tergurat di telapak tangan kiri
rajah pengundang setiap rejeki untuk singgah digenggaman
namun semua rajah bisa bermakna saat pikiran tetap dan tidak semburat
itu bermakna dua bilangan ganjil yang dikawinkan tak selalu wingit
seperti kuda goyang yang menghujam pengantin perempuan
sebab telah berubah wujud jadi genap dan bulat
menjadi ngangkrang yang menyeret rejeki di genggaman
betapa pahitnya memilih ganjil atau genap
namun setiap penujum harus memilih
dengan teliti dan nyaman hati
seperti memilih sebuah lukisan
tempat segala khotbah dan keindahan disematkan
jari-jari gemetar saat harus tuliskan bilangan
yang ganjil atau genap
seperti ketakutan saat menduga tentang sebuah takdir
apakah itu ranjang pengantin bergoyang atau malah peti mati
usaplah bilangan-bilangan itu seperti meninabobokan anak sendiri
dengan kecemasan atas harapan-harapan yang menguap
menujum adalah mencipta dan berharap
bilangan adalah ketakpastian
takterdugaan yang menyentak
bilangan ganjil atau genap adalah jari yang mengaduk-aduk
pada akhirnya terkatup mencecap ketakpastian.
DI SEBUAH TERMINAL
jalan-jalan terjulur seperti sulur atau benang
yang entah ke ujung mana akan terurai
di terminal ini , entah yang keberapa
aku diam.mencoba ingat alpa yang harus dicatat
: sebuah puisi yang patah atau cakrawala yang kabur?
aku diam di terminal ini mencoba bisa menulis puisi
atau menggambar senyum gadis yang ceria
namun, tiba-tiba ada yang berdesis
: kau harus kembali menghafal huruf dan membaca garis!
Tjahjono Widarmanto, Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Meraih gelar sarjananya di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan studi Pascasarjananya di bidang Linguistik dan Kesusastraan diselesaikan pada tahun 2006, saat ini melanjutkan studi di program doktoral Unesa.
Buku puisi terbarunya PERCAKAPAN TAN dan RIWAYAT KULDI PARA PEMUJA SAJAK (2016) menerima anugerah buku hari puisi Indonesia tahun 2016. Bukunya yang terbit terdahulu : PENGANTAR JURNALISTI; Panduan Penulis dan Jurnalis (2016), MARXISME DAN SUMBANGANNYA TERHADAP TEORI SASTRA: Menuju Pengantar Sosiologi Sastra (2014) dan SEJARAH YANG MERAMBAT DI TEMBOK-TEMBOK SEKOLAH (2014), MATA AIR DI KARANG RINDU (buku puisi, 2013) dan MASA DEPAN SASTRA: Mozaik Telaah dan Pengajaran Sastra (2013), DI PUSAT PUSARAN ANGIN (buku puisi, 1997), KUBUR PENYAIR (buku puisi:2002), KITAB KELAHIRAN (buku puisI, 2003), NASIONALISME SASTRA (bunga rampai esai, 2011),dan DRAMA: Pengantar & Penyutradaraannya (2012), UMAYI (buku puisi, 2012).
Selain menulis juga bekerja sebagai Pembantu Ketua I dan Dosen di STKIP PGRI Ngawi, serta menjadi guru di beberapa SMA. Sekarang beralamat di Perumahan Chrisan Hikari B.6 Jl. Teuku Umar Ngawi. Telp. (0351)746225 atau 085643653271. e-Mail: [email protected], No.rekening BCA Cabang Ngawi 7790121109.
Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.