biem.co – Sebuah temuan mengejutkan dirilis oleh jurnal Frontiers in Pediatrics, bahwa anak-anak yang biasa bertelanjang kaki (tanpa sepatu/sandal) memiliki kemampuan motorik yang lebih baik dari pada anak-anak yang terbiasa menggunakan alas kaki.
Profesor Astrid Zech, Universitas Jena, Jerman, dibantu Derek Beres, seorang instruktur yoga, melakukan penelitian pada 810 anak dari 22 sekolah dasar dan menengah di dua negara (Jerman dan Afrika Selatan).
Hasil penelitian menemukan bahwa anak-anak yang selalu memakai alas kaki (bersepatu) lebih buruk dalam keterampilan melompat dan menyeimbangkan diri dibandingkan dengan mereka yang terus-menerus bertelanjang kaki.
Anak-anak yang sering menggunakan alas kaki (Jerman) berasal dari daerah perkotaan di Jerman Utara, sementara anak-anak bertelanjang kaki berasal dari pedesaan Cape Barat di Afrika Selatan.
Menurut Derek, hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan situasi dari menggunakan alas kaki lalu kemudian bertelanjang kaki, langsung mengubah biomekanik tubuh, kontrol postural dan gerakan melompat pada anak-anak dan orang dewasa.
Satu-satunya keterampilan yang dimiliki anak-anak yang sering beralas kaki adalah kemampuannya berlari cepat.
Profesor Astrid Zech, yang memimpin penelitian, mencatat bahwa kondisi ini harus dipertimbangkan oleh guru pendidikan jasmani — dan orang tua — di seluruh dunia:
“Kelas pendidikan jasmani, program olahraga dan olahraga, dan aktivitas reaksional yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik dasar dapat memperoleh manfaat dari kegiatan tanpa alas kaki. Para orangtua bisa mendorong waktu terjadwal bertelanjang kaki secara teratur di rumah”, tulis Profesor Zech dalam jurnalnya.
Menurut Zech, hal yang sama dapat dikatakan bahwa hubungan kita dengan bumi di bawah kaki kita adalah hubungan alamiah, lalu kita putuskan hubungan itu (dengan menggunakan alas kaki) dan kita tentu saja menerima konsekuensinya.
Menurut Zech, sepatu atau alas kaki adalah kebiasaan (konvensi) sosial, bukan realitas biomekanik. Yang miris adalah, beberapa anak-anak mempercayai persepsi itu. (EJ)