biem.co – Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus mempunyai daya analisis yang baik untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Ini diperlukan dalam menghadapi Era Industri 4.0 yang berkembang sekarang ini. Berpikir analitis adalah kemampuan untuk memvisualisasikan, mengartikulasikan, mengonsep atau memecahkan masalah yang kompleks dan rumit dengan membuat keputusan yang masuk akal.
Dalam teori Problem Solving, jika ada suatu masalah, lalu menganalisa masalah dan kemudian mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Bukan hanya sampai disitu, kemampuan analisis juga sampai kepada dampak positif dan negatif dari beberapa alternatif yang dipilih dari berbagai sudut pandang.
Memang tidak semua orang dilahirkan dengan kemampuan berpikir yang sama, Tetapi bukan berarti tidak bisa berpikir tajam dalam melakukan analisis. Karena kemampuan analisis termasuk keterampilan kognitif yang penting. Sebab, jika mempunyai kemampuan analisis yang baik, maka bisa jadi ia akan menjadi faktor penentu kesuksesan karir dimasa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan adanya faktor pendukung dari berbagai elemen kampus.
Faktor pendukung Pertama; Tenaga Pengajar (Dosen). Sebagai tenaga pengajar, dituntut peran lebih dari sekedar menyampaikan materi atau teori yang tersedia dari berbagai literatur. Metode mengajar dan gaya mengajar dosen harus sesuai dengan gaya belajar mahasiswa agar dapat memancing daya analisis mahasiswanya dalam beberapa aspek, seperti kemampuan mengidentifikasi masalah (inference), kemampuan mengenali asumsi (recognition of assumption), kemampuan penalaran dan logika (deduction) dan kemampuan pengambilan kesimpulan (interpretation).
Analogi sederhananya adalah ketika menanyakan “Siapa Tuanku Imam Bonjol dan apa jasa beliau sehingga diangkat menjadi Pahlawan Nasional?”. Informasi tersebut dapat dengan mudah ketika dicari di google atau ‘mesin pencari’ lainnya. Akan tetapi, seorang dosen seharusnya menanyakan hal lain yang bisa memicu daya analisis mahasiswa dengan menanyakan ‘apa tipe rambut Tuanku Imam Bonjol?’
Tentu saja pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan analisis tertentu karena tidak mudah ditemukan jawabannya. Maka diharapkan setelah menyampaikan teori, seorang dosen lalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memikirkan contoh kasus dari teori yang disampaikan tersebut.
Selain bisa menstimulasi mahasiswa untuk membuat analisis, tidak menutup kemungkinan teori yang ada tersebut bisa dikembangkan, tentu saja dengan menjaga tetap terukur dan terarah. Selain itu, hal tersebut dapat memicu suasana kelas menjadi “hidup” dan tidak membosankan karena akan terjadi komunikasi dua arah.
Kedua; Lingkungan Sekitar. Meningkatkan daya pikir analitis tentu tidak cukup jika dilakukan pada saat proses perkuliahan saja. Diperlukan juga lingkungan sekitar yang mendukung. Ikut terlibat dalam organisasi internal atu eksternal kampus juga menjadi salah satu cara meningkatkan daya analitis yang tajam. Karena dalam suatu organisasi pasti ada forum diskusi, dan dari forum tersebut akan lahir pemikiran-pemikiran baru yang mungkin tergolong unik sehingga dari pemikiran-pemikiran yang ada dipilih yang paling baik untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.
Mahasiswa juga dapat belajar dari pengalaman tentang bagaimana menganalisis suatu masalah dalam berorganisasi (learning by doing). Ruang untuk meng-eksplore hal tersebut memang harus tetap ada karena dapat melatih daya analisis mahasiswa.
Ketiga; Mahasiswa Itu Sendiri. Mahasiswa harus berpikir analitis dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dari sekedar teori dalam pengajaran di kelas. Hal ini berkaitan dengan keaktifan mahasiswa. Ketika dosen bertanya tentang contoh kasus dari teori yang sudah diberikan, tingkat keaktifan mahasiswa dalam menyampaikan opini dari hasil analisa masih rendah dan belum merata, bahkan cenderung pasif. Oleh karena itu, “Mindset” bahwa dosen pasti lebih pintar dari mahasiswa harus diubah dan mental mahasiswa dalam menyampaikan suatu gagasan atau ide dari hasil analisisnya juga harus lebih ditingkatkan.
Berpikir secara analisis sangat penting. Mereka yang memiliki kemampuan ini sangat mungkin diterima di berbagai tempat karena pendapat dan pikiran mereka dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Pemikiran yg analitis tidak menciptakan sesuatu yang sembarangan, namun berkualitas dengan beberapa pertimbangan dari hasil pemikiran mereka.
Jadi! mulailah dari sekarang untuk melatih daya analisis anda.
Artha Rusidarma Putra adalah Dosen di Universitas Bina Bangsa. Aktif di berbagai forum sebagai Pengamat Sosial dan Pendidikan.