biem.co – Seperti yang diceritakan oleh Abu al-Laits as-Samarqandi di kitab Tanbihul Ghafilin, ketika Umar bin Khattab dimarahi istrinya, ia hanya mendengarkan, padahal saat itu Umar adalah satu-satunya manusia yang setanpun takut padanya. Umar hanya terdiam dan menyimak semua keluh kesah istrinya. Ketika ditanya alasannya, Umar menjawab: “Karena ia telah melahirkan anakku, menjaga dan mendidiknya. Maka amarahnya, tak sebesar pengorbanan yang ia lakukan untuk keluargaku.”
Subhanallah, seorang khalifah yang sangat terkenal dengan ketinggian wibawa dan ketegasannya saja masih mampu mengendalikan diri didepan istrinya. Padahal setan saja lari ketakutan apabila bertemu Umar, sosok yang jarang tertawa dan bercanda, dicincinnya terdapat tulisan,”cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.” Tidak heran ketika Umar masih hidup di dunia bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, istana untuknya sudah disiapkan di tanah Surga.
Menjadi orang yang sabar tidaklah mudah, itu kenapa di dalam Al-Qur’an kata Sabar sampai disebut 103 kali. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT kepada hamba-hambanya selama hidup di dunia. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits tentang kesabaran, salah satu diantaranya adalah mengenai pentingnya melatih kesabaran secara optimal, baik itu sabar terhadap berbagai ujian, sabar dalam kehidupan bermasyarakat, sabar dalam menghadapi kehidupan yang sulit maupun sabar dalam kehidupan yang menyenangkan.
Kemarin sore saya menemukan suasana haru ditempat saya bekerja, pada saat akan pulang secara spontanitas mereka saling bersalaman dan saling meminta ma’af atas kesalahan masing-masing, kebiasaan ini tentu saja merupakan langkah awal yang baik untuk menyingkirkan hal-hal yang dapat menyebabkan terhambatnya ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Dengan memaafkan kesalahan orang lain dapat menyingkirkan rasa marah dan tidak puas hati yang terjadi antara kita dengan orang-orang disekeliling kita, kita bisa jadi lebih fokus terhadap ibadah puasa dan lebih maksimal dalam melaksanakan ibadah lainnya.
Sayang sekali apabila waktu dan kesempatan yang Allah SWT berikan kepada kita tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. AL-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra. katanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Ramadhan telah datang kepadamu, dia adalah bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan puasa kepadamu, didalamnya terbukalah pintu-pintu sorga dan tertutuplah pintu-pintu neraka, syetan dibelenggu semuanya, juga didalamnya terdapat Lailatul Qadar, suatu malam yang sangat berharga melebihi 1000 bulan nilai kebaikannya”. (Al-Hadits)
Setiap Ramadhan datang, Umar bin Khattab pasti menyambutnya dengan ucapan: “Selamat datang bulan Pembersih (jiwa) kami, karena ia semuanya baik, di siang harinya berpuasa dan dimalamnya bangun (melakukan ‘Ibadah), bersedekah di bulan ini sama dengan membelanjakan harta untuk jihad fi sabilillah”. (Tanbihul Ghafilin, halaman 320).
Baca Juga
Dengan niat dan tekad yang kuat untuk berlatih secara disiplin dan konsisten maka waktulah yang akan membentuk kesabaran dan kemampuan kita mengendalikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sebaliknya justru di bulan Ramadhan kita melihat antrian orang yang akan membeli makanan pembuka semakin Panjang dan berjubel, pedagang sop buah stress tertekan banyaknya pembeli yang tidak sabar mengantri sementara waktu adzan maghrib semakin dekat dan tidak bisa dihentikan. Lampu merah terabaikan, kemacetan terjadi dimana-mana, bunyi klakson semakin ramai dan para pengemudi lebih memilih menginjak gas dibandingkan rem. Alih-alih berlatih mengendalikan diri malah kitanya yang dikendalikan oleh hawa nafsu.
Bulan Ramadhan itu seperti masa karantina, yaitu upaya pengasingan tempat dan waktu dengan tujuan untuk membuang dan mencegah masuknya hal-hal buruk dari luar. Dalam masa karantina kita akan dibentuk menjadi seorang juara dengan cara belajar dan berlatih serta mengubah kebiasaan-kebiasaan lama yang buruk menjadi suatu kebiasaan yang baik. Didalam karantina itulah kemudian terjadi seleksi alam, mereka yang tidak mau mengikuti aturan dan sering melalaikannya akan tersingkir dengan sendirinya.
Inilah sekelumit cerita tentang bagaimana bulan puasa dapat dijadikan waktu yang tepat untuk belajar dan berlatih mengendalikan diri, jadi bukan seberapa kencang dan seberapa banyak kita beribadah dibulan puasa, tetapi menjadi seperti apakah kita setelah bulan puasa berlalu meninggalkan kita. Apakah kita akan kembali menjadi orang yang sama sebelum bertemu bulan puasa Ramadhan, atau justru menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu mengendalikan diri. Selamat berlatih! [*]
Irvan Hq adalah CEO biem.co dan Ketua Umum Banten Muda Community, menyebut dirinya sebagai Entrepreneursleep. Di sela waktu padatnya bekerja di sebuah perusahaan, Irvan menyempatkan diri untuk terus menulis. Kolom Catatan Irvan ini adalah kanal yang merangkum tulisannya yang memotret berbagai persoalan sosial kehidupan.