biem.co — Pengalaman-pengalaman yang dialami di masa kecil, pada kenyataannya memang memengaruhi kehidupan yang kita jalani. Lingkungan di mana kita berada, didikan orang tua, sikap di masa dahulu, sangat bisa mendasari pola pikir dan tingkah laku kita hari ini. Hal ini juga dirasakan oleh Wakil Walikota Serang, Sulhi Choir.
Sulhi yang semasa kecilnya dibesarkan di lingkungan sekolah agama dan pesantren, mengaku bahwa filosofi hidup yang ia jalani hingga kini, berawal dari pengalaman-pengalaman didikan orangtuanya semasa dahulu. Di mana, ia berada dalam lingkungan yang mengarah kepada pengembangan agama.
Dari sejak kecil, Sulhi sudah diajari membaca dan menghafal Al-Qur’an. Tak hanya itu saja, orangtuanya pun mengajarinya untuk menghafal jurumiyah, amil, dan tasrifan-tasrifan—yang diakunya pada waktu Ibtidaiyah, hafalan-hafalan itu sudah ada di luar kepala.
“Tapi alhamdulillah, sampai besar hafalan-hafalan itu masih nempel terus dan nggak ilang. Kalau dulu nggak pernah diajarin kayak gitu, mungkin nggak bisa menghafal layaknya sekarang,” ungkapnya, kepada biem.co.
Ia menyebut, orangtuanya memang mewajibkan setiap anaknya bisa mendapatkan ilmu dari Pondok Pesantren, baik itu sistemnya ‘mondok’ sembari belajar ataupun sebaliknya. Meski begitu, Sulhi tak duduk diam mempelajari hal-hal yang telah diarahkan oleh orangtuanya saja. Ia pun secara inisiatif mengembangkan diri dengan memilih sekolah dan perguruan tinggi umum untuk belajar ilmu-ilmu modern.
Bagi Sulhi, ajaran-ajaran orangtuanya atau doktrin-doktrin kala dahulu, begitu melesap di dalam pikiran dan tindakannya hingga beranjak dewasa. Yang mana, perkara shalat lima waktu saja, orangtuanya tak pernah abai mengingatkannya.
“Orang tua saya pernah bilang, ‘padi semakin lama akan semakin matang. Tapi kalau keinjak-injak orang, ya, bisa rusak. Kamu juga gitu. Semakin dewasa, kamu semakin matang. Kalau kamu tidak dibangunin untuk melaksanakan shalat sejak kecil, kamu nanti terinjak-injak.’ Itu yang sampai sekarang selalu teringat-ingat di pikiran saya,” ungkapnya.
Hal tersebut juga yang menginspirasi Sulhi untuk menerapkan pendidikan serupa kepada anak-anaknya. “Saya bilang (red: kepada anak-anak), silakan mau sekolah di mana saja, asalkan tetap punya basic agama. Paling tidak, minimal bisa jadi imam dan bisa membaca doa saat riungan,” pungkasnya. (HH)