biem.co – ‘Pelakor’, kependekan dari ‘Perebut Laki Orang’, belakangan ini menjadi isu yang cukup marak di masyarakat, terutama di kalangan remaja perempuan. Parahnya lagi, kata ‘pelakor’ ini seperti dekat dengan kehidupan para remaja perempuan kebanyakan. Namun, gimana ya, komentar dari remaja-remaja mahasiswa di Serang? Yuk, simak tanggapan mereka.
Vina Susilawati, mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Untirta mengaku pernah dianggap sebagai Pelakor, padahal menurutnya, ia sama sekali bukan ‘pelakor’.
“’Pelakor’ itu menurut saya hanya masalah persepsi, kecuali dalam kasus sudah suami istri. Jadi kalau konteksnya masih pacaran, menurut saya bukan ‘pelakor’,” ucap wanita kelahiran 30 November 1997 tersebut.
Baca Juga
Menurut Vina, tidak semua orang bisa disalahkan sebagai ‘pelakor’. Sebab, masalah ini tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, yang mana semuanya merasa benar. Vina pun beranggapan bahwa kaum perempuan terlalu merasa takut ketika dia sudah suka kepada seseorang, bisa juga dengan over protective itu. Sehingga, orang-orang jadi terlalu berlebihan ketika ada yang dekat dengan kekasihnya.
Sedikit komentar pun diutarakan oleh Muhammad Tofan Sagara, Mahasiswa Manajemen Untirta, mengenai ‘pelakor’ dari sudut pandang laki laki. “Menurut gue, sih, ‘pelakor’ itu terjadi karena bukan ada niat sebelumnya, tapi karena emang suasananya mendukung dan ada permasalahan sebelumnya,” ujar Tofan. (Umin)