biem.co – Pada Tanggal 5 Februari 1947 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menempati usia yang ke-71 tahun. Usia yang sebenarnya tidak lagi dikatakan muda dan ketika merujuk pada umur manusia bisa dikatakan sesepuh di usia yang sangat tua ini. Tetapi jika ditinjau dalam sebuah umur organisasi maka di usia yang sangat matang ini cukup dewasa dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada dan HMI sudah terbukti bahwa sampai sekarang tetap bertahan, memberikan ide, gagasan dan masih tetap eksis dalam mengawal kebijakan pemerintah.
Dalam hal ini Charles Darwin pernah mengingatkan kita semua melalui Maha Karya “The Origin of Species” bahwa bukan yang terkuat dan terbesar yang akan bertahan, tapi yang bisa menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan jaman. Sekokoh dan sekuat apapun HMI apabila tidak bisa menyesuaikan diri dengan peradaban perkembangan jaman, maka yakinlah bahwa HMI akan tenggelam termakan usia yang semakin tua dan hanya akan di jadikan kepingan sejarah di masa silam. Mau tidak mau, suka tidak suka HMI harus menyesuaikan diri dengan peradaban dan terus berkembang sebagai organisasi yang profesional, modern dan independen.
Sejak didirikan oleh Kakanda Prof. Lafran Pane pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta bertempat di kampus UII. HMI tumbuh berkembang di bumi pertiwi ini dan melahirkan kader-kader yang berkualitas, memiliki integritas kecerdasan dalam memberikan sumbangsih pemikiran dan tidak bisa dinafikan. Bahwa perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari pemikir-pemikir kader HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) sehingga di usia dewasa ini, yang dimana para alumni HMI dari waktu ke waktu, dari masa ke masa terus meningkat dan memberikan kontribusi yang real terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Alumni HMI terus “mencipta dan mengabdi” di berbagai ranah kehidupan, berbangsa, dan bernegara. Begitu besar kontribusi kader HMI dan berkomitmen terhadap pembangunan bangsa dan negara. Melihat banyak kader dan alumni HMI yang memiliki kontribusi besar terhadap bangsa dan negara maka buah dari perjuangan tersebut, Bapak Presiden Joko Widodo telah memberikan dan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Kakanda Prof. Drs Lafran Pane pada tanggal 9 November 2017. Kader HMI yang berada di seluruh Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke bangga dengan adanya tokoh HMI yang diberi gelar Pahlawan Nasional.
Mendapatkan pengakuan dari Negara, sebenarnya tidak segampang membalikkan telapak tangan melainkan melalui proses yang panjang dan melelahkan. Tetapi semua ini adalah apresiasi dan penghargaan negara terhadap kiprah dan kontribusi kader HMI terhadap bangsa dan Negara. Kader HMI tidak boleh merasa puas terhadap pencapaiannya hanya sampai di sini saja tetapi HMI harus berpikir lebih berkemajuan untuk memberikan sumbangsih ide dan gagasannya ke depan dalam pembangunan perekonomian Negara sehingga ikut andil dalam kebijakan pemerintah, karena tantangan HMI ke depan semakin besar dan masalahnya pun semakin mendunia dengan pergeseran peradaban perkembangan jaman.
Sekelumit Masalah Bangsa
Bangsa dan negara di belahan dunia ini mempunyai masalah dan latar belakang masing-masing, termasuk negara maju apalagi negara berkembang. Di bawah ini ada sejumlah masalah yang kerap menghantui dan penghambat proses kemajuan sebuah negara. Pertama, Korupsi. Belasan tahun pasca reformasi Indonesia masih dilanda bencana korupsi yang mengerikan. Artinya tingkat korupsi bukan menurun, tapi grafik menunjukkan pada titik yang krusial dan sangat mengkhawatirkan. Fenomena para elite politik hari ini yang cenderung melakukan praktek korupsi (abuse of power) menguatkan tesis bahwa Indonesia sedang darurat korupsi.
Kedua, Isu suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Isu ini sangat sensitif dan meresahkan, kalau tidak di tanggulangi dengan cepat bisa memecah belah bangsa. Bukan tidak mungkin politik identitas ini akan terus menguap pada pilkada serentak 2018 ini dan bahkan Pemilu 2019 mendatang.
Ketiga, Narkoba. Maraknya pengguna narkoba akan mengancam masa depan dan kelangsungan generasi, khususnya generasi muda. Bayangkan pengguna narkoba di Indonesia berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2016 mencapai 6,4 juta jiwa dan setiap hari orang meninggal di sebabkan oleh narkotika mencapai 50 orang. Pengguna narkoba paling banyak itu berada di usia produktif 24-30 tahun.
Keempat, Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah utama yang melanda Indonesia. Persentase kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen). Bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen). Penyebab utama kemiskinan adalah ledakan penduduk yang tidak disertai dengan peningkatan kualitas penduduk tersebut ditambah lagi dengan kebutuhan hidup yang makin kompleks dan mahal.
Kelima, Pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan per bulan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.
Keenam, Pendidikan. Pendidikan yang rendah. Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan kurang Baik, Biaya sekolah yang semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Memang siswa selalu lulus dengan nilai sangat baik, tetapi angka tersebut hanya di atas kertas. Buktinya kualitas pendidikan Indonesia masih sangat rendah dibandingkan di negara lain. Kita jangan kaget banyak tenaga pengajar dari luar membanjiri Indonesia dan baru-baru ini Kemenristekdikti memberi izin Universitas dari luar Negeri membuka cabang di Indonesia.
Ketujuh, Kesehatan dan gizi buruk. Baru-baru ini kita di kagetkan dengan Kejadian luar biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang dialami sebagian warga Suku Asmat, Papua, memakan korban jiwa. Menurut Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI, Yunuar Nugroho dalam opininya di Koran Kompas, 31 Januari, selama September 2017 hingga 28 Januari 2018, sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646 anak terjangkit campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Terkait masalah Papua sebenarnya pemerintah pusat sudah cukup banyak menggelontorkan dana, tapi faktanya kesehatan dan gizi buruk masih menjadi masalah utama.
Kedelapan, masalah Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Masalah ini ada upaya untuk di legalkan tingkat parlemen. Dengan alasan apapun hal tersebut tidak boleh dibiarkan apa lagi sampai di legalkan. Karna terkait masalah ini akan berdampak negatif dan merusak moral semua anak bangsa.
HMI Hadir Sebagai Solusi
Menanggulangi berbagai masalah di atas tidak boleh hanya di titip beratkan kepada bangsa negara semata, melainkan harus ada partisipasi dan sinergitas semua elemen bangsa dan termasuk di dalamnya HMI. Karena perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari pemikiran konstruktif kader-kader HMI yang memiliki kapasitas yang cukup memadai . Di sinilah HMI harus hadir sebagai solusi peradaban bangsa dan jalan keluar dari semua masalah yang mendera bangsa dan negara Indonesia, karena HMI memiliki potensi dan sumber daya manusia yang mumpuni hampir di segala sektor kehidupan. HMI tidak saja sebagai solusi bangsa tetapi HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia.
Momentum kongres HMI di Ambon pada tanggal 14 Februari 2018 mendatang adalah momentum yang sangat baik untuk melahirkan calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia dan memiliki ide, gagasan yang cemerlang sehingga mengawal setiap kebijakan pemerintah dan mengambil keputusan yang strategis untuk kebaikan dan kemaslahatan segenap umat dan bangsa. Forum kongres menurut Konstitusi HMI, yakni forum tertinggi persoalan pengambilan keputusan atas ketetapan-ketetapan organisasi dan di Kongres pulalah diharapkan gagasan-gagasan cerdas hadir sebagai solusi bersama atas persoalan keumatan, keindonesiaan dan kebangsaan.
Pada forum Kongres di Ambon nanti jikalau tak ada aral melintang akan dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Joko Widodo. Kedatangan orang nomor satu di Republik ini tentu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berdialektika, memberikan gagasan yang berkemajuan, memberikan solusi peradaban perkembangan jaman yang semakin tidak kondusif dengan adanya teknologi dan industri sehingga generasi bangsa adalah korban dari pergeseran jaman yang semakin modernisme. Semoga forum kongres di kota Ambon berjalan dengan baik dan sesuai mekanisme organisasi yang berlaku. Selamat Milad HMI yang ke-71 tahun dan Selamat menyambut kongres HMI yang Ke-XXX di Kota Ambon.
Ibrahim Mansyur/Bram
(Ketua PTKP HMI Badko Jabodetabeka Banten)
Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi.