SERANG, biem.co – Mengenal badan baru yang baru saja diresmikan presiden RI ke-8 Prabowo Subianto yaitu Danantara (Daya Anangata Nusantara) yang merupakan sebuah badan pengelola investasi diluar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Rencananya badan ini akan berfungsi sebagai pengoptimalisasian kekayaan dari berbagai bentuk investasi sehingga pengelolaan aset negara bisa efisien dan mampu sebagai sumber pendanaan untuk berbagai macam proyek strategi nasional (PSN).
Danantara sendiri terbentuk atas perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang mana kemudian danantara akan membawahi 2 holding milik BUMN yaitu holding investasi dan holding operasional. Danantara sendiri adalah mimpi besar yang akan membuka jalan investasi global dan memperkuat daya saing Indonesia di sektor strategis sehingga roda perekonomiam negara
bekerja lebih pesat.
Jadi siapa yang di-Dana-in?
Tentunya Indonesia, mengapa? karena dalam hal ini, danantara adalah terobosan baru dalam ekonomi Indonesia kedepannya. Dividen dan aset yang dihasilkan BUMN yang tadinya harus disetor oleh Kementerian Keuangan kini harus dialokasikan ke lini atau sektor investasi lain yang dimana keuntungannya nanti akan membantu anak perusahaan BUMN lain untuk berkembang bahkan bangkit dari kemungkinan keterpurukan pailit yang timbul ditahun-tahun sebelumnya.
Selain pada pusat BUMN itu sendiri, danantara bergerak sebagai poros baru untuk terwujudnya pengelolaan investasi berkelanjutan yang kemudian menimbulkan berbagai penghidupan baru sekaligus angin segar bagi perekonomian Indonesia, yang mana hal ini diharapan akan terasa keuntungannya bagi kemakmuran masyarakat secara luas.
Danantara, apakah sebuah mimpi atau justru solusi?
Berbagai macam keunggulan telah disebarkan sebagai sebuah janji, tapi rasanya tidak ada salahnya juga kita harus melihat berbagai kemungkinan terburuknya dari hadirnya badan baru ini. Menurut Felicia Putri Tjiasaka (influiencer keuangan), dalam salah satu videonya di platfom media sosial mengatakan bahwa danantara haruslah belajar dari Khazanah (Malaysia) dan Temasek (Singapura) yang telah duluan berjalan, misalnya diawasi oleh lembaga audit keuangan bahkan diawasi oleh badan pengawasan korupsi, terpentingnya mereka menyajikan laporannya secara terbuka untuk publik, sehingga publik bisa menilai dengan cermat dan cerdik akan keuangan negara nantinya.
Sedangkan jika melihat danantara yang baru diluncurkan ini, justru timbul keresahan baru, sebab pengelolaan badan ini seakan-akan ditutupi, karena dalam kinerjanya nanti danantara diberi hak spesial dengan tidak akan adanya audit Oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku pemegang penuh laporan keuangan negara bahkan terbebas dari investigasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kekhawatiran ini muncul karena ditakutkan akan menimbulkan ladang basah baru untuk para koruptor bersarang dengan bebas. Sehingga sebelum danantara diresmikan pada Senin, 24 Februari 2025 di Istana Presiden, ada berbagai macam respon masyarakat untuk sambutan badan baru ini, sebagian masyarakat beramai-ramai mengusulkan untuk menarik uang tabungan mereka secara bersamaan dari bank anak perusahaan BUMN, dengan tujuan untuk mengagalkan dan atau menunda peresmian danantara ini.
Keluhnya masyarakat mengkhawatirkan tentang transparansi dan kinerja danantara kedepannya sehingga mereka berbondong-bodong akan mengalihkan dana tabungannya kepada bank swasta yang jauh lebih aman dan transparan dalam mekanisme pengelolaan asetnya.
Namun yang jelas kekhawatiran ini harus terus dikawal, sebab mimpi keberhasilan yang digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya saat meresmikan danantara bukanlah sekedar janji manis yang diharapkan, melainkan harus menjadi bukti nyata dalam berbagai dinamika 100 hari pertama kinerjanya untuk Indonesia. Efisiensi Anggaran Pendapatan Dan Belanja.
Negara (APBN) yang kemarin sempat menjadi sorotan masyarakat, harusnya menjadi bahan evaluasi mendalam dalam perjalanan dari danantara itu sendiri. Terlebih semoga hadirnya danantara adalah cikal bakal hasil yang memuaskan.
Utamanya, efisiensi anggaran dengan menghapuskan sektor in-efisiensi dan belanja sia-sia yang selama ini dimainkan sebagai sumber penyumbang korupsi tertinggi, serta tentunya efisiensi kemarin yang dialihkan pada danantara adalah sumbangsih yang tepat sasaran dan tentunya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai dengan yang tertuang dalam profilnya di website danantara.id. (Red)