JAKARTA, biem.co – Mungkin selama ini kita keliru mengartikan passion. Ketika membicarakannya, pemaknaan kita sering kali jatuh pada hobi. Kita berhenti di situ, di ruang yang menganggap hobi adalah kegemaran yang hanya bisa dilakukan di waktu senggang.
Padahal, passion merupakan keinginan hati yang kuat, “seperti bernapas aja,” kata Nadya, sosok di balik Electric Cats. Hirup dan embus, manusia melakukannya atas hasrat bertahan hidup. Tanpanya, kita tidak berfungsi.
Lagu “Dunia yang Nirmala” berbicara tentang hal itu, mengenai perasaan yang begitu kuat untuk memenuhi panggilan hati Nadya: resign sebagai pegawai kantoran dan sepenuhnya mempersembahkan diri untuk bermusik.
“Memang faktor lingkungan kerja juga mempengaruhi. Pasti akan ketemu sama tim yang nggak cocok. Gue resign, kerja lagi, resign lagi, nyari kerja lagi. Tetep rasanya ada yang nggak terpenuhi di dalam hati”, begitu Nadya bercerita.
Di tengah badai kiat-kiat untuk bisa menjadi karyawan 9 to 5 berperforma prima, Nadya memilih berani untuk menghidupi jalannya sendiri.
Segala ketakutan yang menyertainya merupakan risiko yang harus diambil. Tentu ada keraguan, seperti, “Apa ini pilihan yang tepat?” Namun, bukankah setiap pilihan hidup akan selalu menyisakan pertanyaan seperti itu? Saya rasa, jika pertaruhannya adalah rasa cukup dan bahagia dalam hidup, segala tapak pantas untuk ditempuh.
Lagu ini merepresentasikan bahwa ruang dan waktu yang proporsional untuk kebahagiaan manusia perlu diperjuangkan. Ia tidak datang sendiri atau turun dari langit. Menuju ke sana, manusia membutuhkan leap of faith (lompatan iman) dan keberanian untuk bertaruh nasib.
“Dunia yang Nirmala” dirilis pada 14 Februari 2025 secara digital melalui label rekaman demajors. Lagu ini menandakan single kedua Electric Cats dalam perjalanan menjelang album perdana bertajuk Bunga Rampai. Dalam pengerjaannya, lagu ini diproduseri oleh Rama Cristna, foto sampul diambil oleh Alva Christo Y.W. dan desainnya dikerjakan oleh Resi Kunti. (BW)
