BOGOR, biem.co – Kemampuan pasar pangan global dalam memenuhi permintaan populasi, semakin berkembang pesat. Hal ini menjadi salah satu tantangan pembangunan terbesar di masa mendatang. Populasi manusia diperkirakan melebih 9 miliar pada tahun 2050 dan puncaknya 9,73 miliar pada tahun 2064 (Vollset et al. 2020).
Berdasarkan perkiraan FAO, IFAD, UNICEF, WFP, dan WHO antara 720 dan 811 juta orang di dunia menghadapi kelaparan pada tahun 2020, dan hampir satu dari tiga orang (2,37 miliar) tidak memiliki akses ke pangan yang memadai meskipun produksi pangan saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan global.
Masalah pangan global diidentifikasi sebagai tantangan yang signifikan akibat kombinasi faktor alam dan manusia. Salah satu permasalahan utama adalah ketidakstabilan produksi pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim, termasuk cuaca ekstrem dan ketidakpastian musim tanam.
Selain itu, peningkatan populasi dunia memperbesar tekanan pada sistem pangan, sementara distribusi sumber daya yang tidak merata menyebabkan kelaparan di beberapa wilayah dan pemborosan di wilayah lain.
Permasalahan lain yang diangkat adalah degradasi lahan dan penurunan kesuburan tanah, yang menghambat kapasitas produksi pangan. Ketergantungan pada teknologi intensif, seperti pestisida dan pupuk kimia, juga disebut berkontribusi pada kerusakan lingkungan jangka panjang.
Berkaitan dengan konteks lokal, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam mewujudkan sistem pangan berkelanjutan. Sebagai negara agraris dengan populasi besar, Indonesia menghadapi dilema antara pemenuhan kebutuhan domestik dan kontribusi terhadap pasar ekspor global.
Salah satu isu mendasar adalah ketergantungan pada impor bahan pangan tertentu, seperti gandum dan kedelai, yang membuat sistem pangan kita rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Sebagai calon ahli ilmu pangan, saya percaya bahwa peran aktif dalam menghadapi tantangan global, terutama kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi merupakan sebuah tanggung jawab besar.
Melalui pendekatan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics), saya yakin bahwa inovasi dan kreativitas dapat memberikan solusi signifikan dalam menciptakan sistem pangan yang lebih efisien, adil, dan berkelanjutan.
Pendekatan berbasis STEAM juga dapat diarahkan untuk mendorong kemandirian pangan melalui pengembangan varietas lokal yang unggul dan adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat. Pemanfaatan teknologi seperti drone untuk pemetaan lahan dan manajemen pertanian presisi dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan tanpa perlu memperluas area tanam, sehingga menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, inovasi dalam bidang pengemasan dan penyimpanan pangan juga memiliki peran krusial dalam mengurangi limbah pangan, misalnya teknologi pengemasan aktif dan berbasis nanoteknologi yang dapat memperpanjang masa simpan produk tanpa mengurangi kualitas dan nilai gizinya.
Hal ini sangat penting mengingat banyaknya hasil pertanian yang terbuang akibat sistem distribusi yang belum efisien dan keterbatasan infrastruktur di beberapa daerah terpencil. Oleh karena itu, peningkatan aksesibilitas teknologi di tingkat petani kecil hingga produsen besar dapat menciptakan rantai pasok yang lebih inklusif dan efisien. Integrasi seni dalam STEAM memberikan peluang untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya keberlanjutan pangan kepada masyarakat luas dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
Melalui media seperti film dokumenter, infografis interaktif, atau seni instalasi, kesadaran publik dapat ditingkatkan tentang pentingnya pola konsumsi yang bertanggung jawab. Selain itu, platform digital dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan petani langsung dengan konsumen, memotong rantai distribusi yang panjang, sekaligus meningkatkan transparansi dalam sistem pangan.
Upaya mengatasi masalah global dalam pangan juga dapat dilakukan dengan inovasi di sektor pertanian, seperti penerapan teknologi berkelanjutan, diversifikasi sumber pangan, dan peningkatan efisiensi distribusi. Upaya kolektif melalui kebijakan yang mendukung ketahanan pangan global menjadi solusi penting untuk menghadapi kompleksitas masalah ini.
Langkah konkret yang dapat dilakukan termasuk aplikasi teknologi pencetakan pangan 3D, pengembangan protein alternatif berbasis tumbuhan, serta eksplorasi sumber pangan baru seperti mikroalga dan serangga. Selain itu, Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang luar biasa, yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pangan berbasis bahan lokal yang selama ini kurang diperhatikan. Upaya ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga mendukung perekonomian masyarakat lokal, khususnya petani kecil.
Keamanan pangan juga menjadi prioritas utama. Hal ini harus dipastikan bahwa pangan yang dihasilkan aman, berkualitas, dan bergizi. Melalui pendekatan sains, fokus utama adalah identifikasi dan pengelolaan risiko keamanan pangan dari cemaran mikrobiologis, fisik, maupun kimiawi.
Optimalisasi nilai gizi pangan juga dapat dicapai melalui pengembangan produk fungsional yang berperan penting dalam meningkatkan imunitas tubuh. Semua ini perlu didukung oleh teknologi pengolahan yang berkualitas tinggi untuk menekan kerusakan mutu dan sensori produk.
Selain itu, pemanfaatan bioteknologi, seperti rekayasa genetika, memungkinkan peningkatan kualitas dan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ancaman penyakit pada tanaman. Teknologi ini, ditambah dengan penggunaan sensor untuk memantau kualitas dan keamanan pangan secara real-time, memberikan rasa aman bagi konsumen dan meningkatkan efisiensi bagi produsen.
Namun, tantangan global tidak hanya cukup diselesaikan dengan menciptakan produk pangan yang inovatif. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola konsumsi yang berkelanjutan juga harus ditingkatkan. Ahli ilmu pangan perlu menjadi penghubung antara sains dan masyarakat melalui program edukasi, baik melalui platform digital maupun seminar.
Upaya mendukung agenda Sustainable Development Goals (SDGs) perlu dilakukan pengurangan limbah pangan, peningkatan keberlanjutan, serta promosi keadilan sosial dalam rantai pasok pangan. Rantai pasok yang efisien dengan solusi inovatif dapat mengurangi emisi karbon dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Melalui peran dalam STEAM ilmu pangan, saya berharap dapat menjadi bagian dari solusi global dalam menciptakan sistem pangan yang lebih baik. Kolaborasi interdisipliner dengan berbagai ahli diperlukan untuk mengatasi tantangan pangan secara holistik. Melalui kerja sama yang erat, kita dapat mewujudkan masa depan pangan yang aman, sehat, dan berkelanjutan bagi semua. (Red)
Daftar Pustaka
FAO, IFAD, UNICEF, WFP, WHO. 2021. The state of food security and nutrition in the world 2021: Transforming food systems for food security, improved nutrition and affordable healthy diets for all. Rome (Italy): FAO. p. 8. https://doi.org/10.4060/cb4474en.
FAO. 2008. An introduction to the basic concepts of food security. Rome: Food and Agriculture Organization.
United Nations. 2015. Transforming our world: The 2030 Agenda for Sustainable Development (A/RES/70/1). United Nations. Retrieved from https://sustainabledevelopment.un.org/
Vollset SE, Goren E, Yuan CW, Cao J, Smith AE, Hsiao T, Bisignano C, Azhar GS, Castro E, Chalek J. 2020. Fertility, mortality, migration, and population scenarios for 195 countries and territories from 2017 to 2100: A forecasting analysis for the Global Burden of Disease Study. The Lancet. 396(10258):1285–1306. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30677-2.
World Health Organization (WHO). 2020. Food safety. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/food-safety