Orang mulia merupakan orang yang beriman dan memiliki ilmu, memiliki akhlak yang baik, serta keberadaannya bermanfaat bagi yang lain.” – Ocit Abdurrosyid Siddiq
TANGERANG, biem.co – Paling tidak, ada 4 perkara yang membuat seseorang menempati posisi mulia. Pertama karena faktor iman, kedua ilmu, ketiga akhlak, dan keempat kebermanfaatan. Keempatnya baik secara tersurat maupun secara tersirat tercantum dalam ajaran agama.
Pertama, orang menjadi mulia karena iman. Sebagaimana firman Tuhan dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11 yang menyebutkan bahwa “Allah akan mengangkat dan mendirikan derajat orang-orang yang beriman”.
Kedua, orang yang sedang menuntut ilmu, dan orang yang berilmu, atau memiliki pengetahuan, juga termasuk kelompok orang mulia. Hal ini tercantum dalam ayat yang sama seperti diatas sebagai kelanjutannya bahwa “walladzina uutul ‘ilma darojah”.
Ketiga, akhlak dan adab serta perilaku seseorang juga bisa menempatkannya sebagai bagian dari orang-orang mulia. Ini sebagaimana misi utama Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mengubah yang biadab menjadi beradab.
Keempat, orang-orang yang keberadaannya memberikan kemanfaatan pada orang lain, juga termasuk segmen orang-orang mulia. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa “Sebaik-baik manusia adalah orang yang memiliki kemanfaatan bagi orang lain”.
Jadi, karena iman, orang bisa jadi mulia. Juga karena ilmu, orang bisa mulia. Pun karena akhlak, orang bisa mulia. Serta karena kebermanfaatan dirinya bagi orang lain, seseorang bisa menjadi mulia. Adakah faktor lain selain keempat faktor itu? Mungkin ada. Misalnya nasab, yang kemudian perkara ini menjadi perdebatan.
Karena keempatnya tercantum dalam dalil agama, maka ini menjadi satu kesatuan. Artinya keempatnya menjadi akumulatif. Yaitu bahwa orang mulia merupakan orang yang beriman dan memiliki ilmu, memiliki akhlak yang baik, serta keberadaannya bermanfaat bagi yang lain.
Karena bila beriman saja namun tanpa ilmu, akan membuat seseorang menjadi rapuh. Islam menekankan bahwa keyakinan yang benar harus didasarkan pada pengetahuan yang benar. Sabda Nabi “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”.
Iman dan ilmu namun tanpa akhlak yang baik, juga belum bisa menempatkan seseorang pada posisi yang mulia. Sabda Nabi “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang memiliki akhlak yang baik”. Dalam hadits lain disebutkan bahwa “Ilmu yang tidak diikuti oleh amal adalah seperti buah yang tidak memiliki rasa”.
Apalagi dalam sebuah hadits yang begitu terkenal, Nabi SAW menegaskan bahwa “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak”. Karenanya, akhlak ini sangat penting sebagai manifestasi dari ajaran agama yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Benar.
Sudah beriman dan memiliki ilmu serta terbiasa dengan perilaku yang baik, tapi bila keberadaan seseorang belum memberikan kemanfaatan bagi orang lain, maka belum bisa mencapai maqam mulia.
Karenanya, iman, ilmu, dan akhlak itu harus bermanfaat. Bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain. Manusia bukan makhluk yang bisa hidup sendirian. Manusia itu menghajatkan keberadaan orang lain. Dia sebagai makhluk sosial yang bermuamalah dengan orang lain. Pun orang lain terhadap dirinya.
Cendekiawan, termasuk di dalamnya ICMI. Akademisi, termasuk di dalamnya dosen dan guru. Mahasiswa, termasuk di dalamnya HMI, merupakan segmen orang-orang yang berilmu; yang adalah salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menjadi mulia.
Semoga saja ketiga kelompok orang ini, bukan hanya berpengetahuan atau memiliki ilmu. Tetapi juga -karena beragama Islam- adalah termasuk orang-orang beriman. Lebih dari itu, terbiasa berperilaku baik, dan eksistensinya bermanfaat bagi orang lain.
Cendekiawan, akademisi, dan mahasiswa merupakan kelompok ilmuwan, yang memiliki kepakaran dan keahlian dalam bidang tertentu. Mereka seyogyanya tidak hanya berkutat dengan disiplin ilmunya saja. Mereka bukan orang-orang yang menetap di menara gading.
Mereka mesti memiliki tanggung jawab moral sebagai bagian dari masyarakat yang mesti terdorong untuk turut memberikan kontribusi ide, gagasan, dan pemikirannya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang baldah thoyyibah.
Kepedulian itu termasuk saat ini ketika kita akan menghadapi pesta demokrasi berupa Pilkada Serentak Tahun 2024 yang akan digelar pada hari Rabu, 24 November 2024. Pilkada ini untuk memilih calon Kepala Daerah yaitu Gubernur dan Wakil, Bupati dan Wakil, serta Walikota dan Wakil.
Pilkada yang kerap disebut sebagai pesta demokrasi ini, mesti terselenggara dengan baik, bermartabat, jujur, dan adil, yang ditandai dengan tingginya partisipasi pemilih serta minimnya tindakan kecurangan dan pelanggaran.
Pilkada yang adalah kontestasi dengan cara meraih sebanyak-banyaknya dukungan dari pemilih untuk bisa menjadi yang terpilih, kadang diwarnai oleh tindakan yang sejatinya terlarang untuk dilakukan. Seperti praktik politik uang, ujaran kebencian, dan penyebaran kabar bohong.
Maka dalam rangka mewujudkan pesta demokrasi yang sehat dan bermartabat, bukan hanya menjadi tanggung-jawab penyelenggara saja, dalam hal ini KPU, Bawaslu, dan DKPP. Tetapi pesta ini mesti menjadi hajat semua, termasuk di dalamnya adalah para ilmuwan.
Dengan pengetahuannya, ilmuwan diharapkan bisa terlibat aktif dalam perhelatan pesta demokrasi ini. Mereka dapat memberikan pencerahan dalam bentuk pendidikan politik kepada masyarakat.
Karena ilmuwan bukan hanya sekedar berilmu dan berpengetahuan, maka mereka juga mesti menjadi teladan atau contoh bagi masyarakat. Sebab ketika ada disparitas atau kesenjangan antara apa yang dilisankan dengan tindakan, alih-alih menjadi teladan malah bisa dicap sebagai hanya omon-omon belaka. Dalam bahasa agama, bisa dicap sebagai orang fasiq.
Dalam rangka itulah, Bawaslu Banten menggelar acara Sosialisasi Pilkada 2024 yang diselenggarakan di Hotel Aston Serang, Senin, 19 November 2024, dengan menghadirkan para ilmuwan tadi, yang terdiri dari cendekiawan, akademisi, dan mahasiswa.
Tampil sebagai narasumber dari unsur cendekiawan Eden Gunawan, yang adalah Ketua ICMI Banten. Dari unsur akademisi Ferry Fathurrohman, Dekan Fakultas Hukum Untirta. Peserta terdiri pengurus ICMI Orwil Banten dan pengurus Orda ICMI Kabupaten dan Kota se Provinsi Banten.
Peserta juga ada dari elemen mahasiswa yang terhimpun dalam Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI Cabang Serang, dibawah komando Eman Sulaeman, serta beberapa anak muda dari Banten Muda Community di bawah asuhan Irvan Hq.
Semoga dengan berkumpulnya kaum cerdik-cendekia tersebut membawa kebaikan bagi umat dan masyarakat, khususnya menjelang perhelatan pesta demokrasi ini. Wallahualam. (Red)
Ocit Abdurrosyid Siddiq, penulis adalah Pengurus ICMI Banten