“Pahlawan sejati berjuang dengan pena dan akhlak. KH Mas Abdurrahman Al Janakawi telah mewariskan pendidikan berbasis nilai melalui Mathla’ul Anwar. Indonesia hanya akan maju jika cerdas dan berkarakter. Sudah saatnya beliau diakui sebagai Pahlawan Nasional.” – Bung Eko Supriatno
BANTEN, biem.co – Beberapa waktu lalu, penulis berkesempatan berdiskusi dengan Prof. Dr. Mufti Ali, seorang peneliti sejarah Banten sekaligus Wakil Rektor UIN Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten, dalam sebuah acara TV di Banten. Kebetulan, kami berdua menjadi narasumber dalam acara tersebut. Ketika break istirahat, tanpa sengaja kami mulai membincangkan perjalanan panjang perjuangan KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, pendiri Mathla’ul Anwar, yang hingga kini belum menerima gelar Pahlawan Nasional.
Dalam percakapan tersebut, kami menyadari bahwa pemberian gelar pahlawan bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tahapan dan persyaratan administratif yang harus dilalui. Namun, di balik itu semua, kontribusi KH Mas Abdurrahman Al Janakawi dalam membangun pendidikan dan moral bangsa melalui Mathla’ul Anwar seharusnya mendapatkan pengakuan yang lebih luas.
Sejarah perjuangan beliau yang luhur dan berdampak besar bagi generasi bangsa ini layak dijadikan contoh. Begitu banyak pahlawan yang kita kenal dalam narasi sejarah bangsa, namun kebanyakan dari mereka dikenal hanya karena perjuangan di medan perang, dengan senjata dan darah sebagai simbol keberanian. Tetapi di balik sorotan itu, ada jenis pahlawan lain yang mungkin tak tampak di permukaan, namun tak kalah pentingnya: pahlawan pendidikan.
Pahlawan-pahlawan ini tidak berjuang dengan pedang, tetapi dengan pena; tidak dengan darah, tetapi dengan ilmu.
Mereka adalah para penggagas dan pendidik yang menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda, mempersiapkan mereka menghadapi tantangan zaman dengan bekal pengetahuan dan moralitas. Salah satunya adalah KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, yang lebih dari seratus tahun lalu mendirikan Mathla’ul Anwar, sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan intelektual, tetapi juga membentuk karakter moral yang kuat.
Melalui Mathla’ul Anwar, KH Mas Abdurrahman Al Janakawi membuka cakrawala pendidikan bagi masyarakat, menciptakan ruang bagi umat untuk berkembang secara intelektual dan moral. Kontribusinya dalam membangun pendidikan yang moderat dan progresif telah memberi dampak yang besar bagi perjalanan bangsa ini. Namun, meski pengaruhnya yang luar biasa, namanya masih layak mendapat pengakuan lebih luas, salah satunya melalui pemberian gelar Pahlawan Nasional.
Jejak perjuangannya, dari pendirian lembaga hingga warisan nilai-nilai yang ditanamkan, bukan hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menjadi fondasi yang terus hidup dan berkembang, menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Inilah saatnya kita mengakui jasa beliau, bukan hanya sebagai tokoh sejarah, tetapi sebagai pahlawan pendidikan yang telah mengubah wajah bangsa ini melalui pengajaran dan pembentukan karakter.
Dengan mengenang perjuangan KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, kita diingatkan akan pentingnya pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga membentuk bangsa yang beradab, berbudi pekerti, dan berakhlak mulia. Sebuah perjuangan yang sangat relevan dengan visi Indonesia Emas 2045, sebuah bangsa yang maju, bukan hanya dalam teknologi dan ekonomi, tetapi juga dalam moral dan karakter.
Jejak Mathla’ul Anwar:
Pilar Pendidikan Luhur untuk Bangsa
Pada tahun 1916, di sebuah desa kecil bernama Menes di Banten, lahir sebuah lembaga pendidikan yang kelak akan mencatatkan namanya dalam sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia.
Lembaga itu adalah Mathla’ul Anwar, yang didirikan oleh KH Mas Abdurrahman Al Janakawi dengan visi yang jauh melampaui zamannya.
Di tengah keterbatasan sosial, politik, dan budaya pada saat itu, beliau menyadari bahwa pendidikan bukan sekadar alat untuk mencerdaskan umat secara intelektual, tetapi sebagai sarana untuk membangun karakter yang luhur, memperkokoh moralitas, dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.
Mathla’ul Anwar bukan hanya sebuah lembaga pendidikan agama. Lebih dari itu, lembaga ini adalah wahana untuk menanamkan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Dalam pandangan KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, ilmu pengetahuan tidak seharusnya hanya berfungsi sebagai kekuatan untuk menguasai dunia, tetapi juga sebagai jalan untuk meraih kehidupan yang lebih baik, lebih manusiawi, dan lebih bermartabat.
Dalam setiap jejak langkahnya, beliau menanamkan bahwa pendidikan harus berjalan beriringan dengan moralitas, mempersiapkan generasi penerus untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki integritas yang kokoh.
Visi yang Menembus Waktu
Pendiriannya mencerminkan visi yang tak hanya melihat masa kini, tetapi juga jauh ke depan, melampaui batas waktu dan ruang. KH Mas Abdurrahman Al Janakawi dengan kebijaksanaan dan jauh pandangnya menyadari bahwa bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan pemimpin yang cerdas dan kompeten, tetapi juga pemimpin yang berakhlak mulia. Seorang pemimpin yang mampu membimbing bangsa ini melalui berbagai pergolakan zaman dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, mengedepankan kepentingan umat, dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya menjadi landasan hidup bermasyarakat.
Mathla’ul Anwar pun menjadi pionir dalam mengedepankan pendidikan berbasis nilai yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga mengajarkan moralitas, akhlak, dan kesadaran sosial yang mendalam.
Pendiriannya bukan hanya memberikan pelajaran tentang ilmu agama, tetapi juga menyentuh jiwa untuk membangun bangsa yang lebih bersatu, lebih inklusif, dan lebih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Seratus Tahun Perjalanan,
Belum Ada Penghargaan yang Layak
Sudah lebih dari seratus tahun sejak pendirian Mathla’ul Anwar, dan lembaga ini terus menghasilkan generasi yang berperan besar dalam pembangunan bangsa, baik di bidang agama, sosial, bahkan politik.
Dari Mathla’ul Anwar lahir ulama, intelektual, tokoh masyarakat, dan pemimpin yang memiliki komitmen tinggi terhadap bangsa dan negara. Lembaga ini telah berperan vital dalam mencerdaskan umat, tidak hanya dalam penguasaan ilmu agama, tetapi juga dalam membentuk karakter yang berbudi pekerti luhur, sehingga mereka siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Namun, meskipun kontribusi besar yang diberikan oleh KH Mas Abdurrahman Al Janakawi begitu jelas, penghargaan yang layak atas perjuangan beliau sebagai pahlawan pendidikan masih belum diberikan. Gelar Pahlawan Nasional, yang seharusnya menjadi pengakuan terhadap dedikasi dan perjuangannya dalam memajukan pendidikan Islam yang moderat dan progresif, hingga kini masih belum disematkan kepada beliau.
Keberhasilan Mathla’ul Anwar sebagai lembaga pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter dan akhlak, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, menjadi suatu kontribusi besar yang layak dihargai dan diapresiasi lebih.
Mendefinisikan Kembali Kepahlawanan di Zaman Modern
Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang, terutama dalam memasuki Indonesia Emas 2045, menuntut kita untuk merenungkan kembali makna kepahlawanan.
Sebagian besar dari kita masih melihat pahlawan dalam konteks perjuangan fisik yang bersifat heroik pejuang yang mengangkat senjata untuk kemerdekaan. Namun, apakah kita dapat mengatakan bahwa perjuangan yang lebih bernilai dalam membangun bangsa ini hanya berasal dari medan perang? Bukankah perjuangan yang lebih penting untuk masa depan bangsa juga bisa datang dari medan pendidikan dan pengajaran?
Pahlawan pendidikan, seperti KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, adalah mereka yang menanamkan benih-benih kebaikan dalam masyarakat. Mereka adalah penggerak yang membangun fondasi karakter bangsa melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur. Ketika kita berbicara tentang Indonesia Emas 2045, sebuah Indonesia yang tidak hanya maju dalam teknologi dan ekonomi, tetapi juga unggul dalam moral dan karakter, maka peran pahlawan pendidikan seperti beliau menjadi sangat relevan. Tanpa pendidikan yang kokoh dan karakter yang kuat, kemajuan material tidak akan pernah bisa mencapai makna sejati.
Pendidikan yang Mengajarkan Tentang Kehidupan dan Kebersamaan
Mathla’ul Anwar telah berhasil menunjukkan bahwa pendidikan yang berbasis nilai-nilai moral dan akhlak tidak hanya relevan, tetapi juga sangat diperlukan di tengah tantangan zaman modern yang sering kali mengutamakan individualisme dan materialisme. Pendidikan yang menanamkan kesadaran sosial, yang mengajarkan rasa tanggung jawab terhadap sesama, dan yang menjunjung tinggi kebersamaan, adalah pendidikan yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Di sinilah Mathla’ul Anwar berperan, mewariskan tradisi pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan intelektual, tetapi juga menumbuhkan kesadaran sosial yang mendalam.
Ketika banyak sistem pendidikan di dunia kini terjebak dalam tuntutan prestasi akademik semata, Mathla’ul Anwar tetap teguh mengedepankan pendidikan yang menyeluruh, pendidikan yang menyeimbangkan antara otak dan hati, antara intelektual dan moral. Dalam lembaga ini, pendidikan bukan hanya sarana untuk meraih sukses duniawi, tetapi juga untuk mencapai keberhasilan dalam hidup bermasyarakat dengan penuh kasih sayang, toleransi, dan persatuan.
Kontribusi yang Tak Ternilai
Sebagai pendiri lembaga pendidikan yang memadukan antara pengetahuan agama dan ilmu umum, KH Mas Abdurrahman Al Janakawi menorehkan jejak yang tak lekang oleh waktu. Beliau bukan hanya mendirikan sekolah-sekolah atau pesantren, tetapi beliau juga menciptakan ruang bagi perkembangan pemikiran yang moderat, terbuka, dan inklusif. Dalam suasana Indonesia yang sangat majemuk, beliau mengajarkan pentingnya toleransi, saling menghargai, dan hidup berdampingan meski berbeda pandangan.
Namun, sayangnya, perjuangan para pahlawan pendidikan seperti beliau sering kali terabaikan dalam arus narasi sejarah yang lebih sering menyoroti perjuangan fisik. Memang, perjuangan di medan perang adalah heroik dan luar biasa. Tetapi, apakah kita menyadari bahwa Pendidikan, dengan segala kompleksitas dan dampaknya memiliki daya jangkau yang jauh lebih luas dan mendalam?
Pahlawan Pendidikan di Era Kekinian
Saat ini, kita hidup dalam dunia yang semakin terhubung dan penuh dengan tantangan baru. Teknologi berkembang pesat, namun di sisi lain, pergeseran nilai dan moralitas mulai mengkhawatirkan. Kini lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan generasi penerus untuk mampu bersaing dalam dunia yang semakin canggih, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang bermoral, peka terhadap sesama, dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
Visi KH Mas Abdurrahman Al Janakawi tentang pendidikan moderat yang berlandaskan pada akhlak mulia seharusnya menjadi pedoman kita di abad 21 ini. Sebagai bangsa yang ingin menuju Indonesia Emas 2045 sebuah Indonesia yang lebih unggul, lebih cerdas, dan lebih berakhlak mulia kita perlu melanjutkan perjuangan beliau dengan menanamkan kembali nilai-nilai luhur dalam setiap aspek kehidupan kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Indonesia membutuhkan lebih banyak pahlawan pendidikan, mereka yang akan terus menginspirasi generasi baru untuk menjadi insan yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga kuat dalam karakter dan integritas.
Penghargaan yang Layak
Sungguh, memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Mas Abdurrahman Al Janakawi bukan hanya sekadar penghargaan simbolis, tetapi sebuah pengakuan terhadap sumbangsih beliau dalam membangun bangsa melalui jalur pendidikan. Sebagai bangsa yang mengedepankan penghargaan terhadap jasa para pahlawan, sudah saatnya kita memberikan tempat yang layak bagi beliau dalam catatan sejarah bangsa ini sebagai pahlawan pendidikan yang kontribusinya tak ternilai harganya.
Menghargai perjuangan KH Mas Abdurrahman Al Janakawi adalah langkah kecil kita untuk mengingatkan diri bahwa perjuangan melalui pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Saat kita menghargai pahlawan seperti beliau, kita sebenarnya juga menghidupkan kembali semangat untuk terus berjuang bukan di medan perang, tetapi di medan ilmu dan moralitas.
Indonesia akan terus bergerak maju, dan dalam perjalanan ini, kita tak boleh lupa untuk terus menumbuhkan pendidikan yang tidak hanya memajukan otak, tetapi juga membangun hati dan karakter. Karena, seperti yang diajarkan oleh KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, hanya dengan pendidikan yang berlandaskan akhlak mulia lah bangsa ini akan mampu mencapai kejayaan yang sesungguhnya.
Seminar Nasional Mathla’ul Anwar:
Menyongsong Indonesia Emas 2045
Pada 16 November 2024, Seminar Nasional Mathla’ul Anwar dengan tema “Membangun Generasi Berakhlak Mulia untuk Indonesia Emas 2045” akan digelar. Acara ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi juga seruan untuk kembali pada nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendiri bangsa, terutama KH Mas Abdurrahman Al Janakawi.
Indonesia, menuju Indonesia Emas 2045, harus memastikan kemajuan tidak hanya dalam bidang teknologi dan ekonomi, tetapi juga dalam aspek moral dan karakter.
Seminar ini mengajak kita untuk memikirkan bagaimana membangun generasi masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, berbudi pekerti, dan menjaga keberagaman bangsa.
Sudah terlalu lama kita absen mengakui jasa besar seorang pahlawan pendidikan seperti KH Mas Abdurrahman Al Janakawi.
Kini saatnya negara memberikan penghormatan yang sepantasnya, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau.
Ini bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang beliau tanamkan dalam dunia pendidikan terus hidup, menginspirasi dan membimbing bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai bangsa yang ingin maju, kita harus mengakui bahwa kemajuan sejati tidak hanya diukur dari teknologi dan ekonomi, tetapi juga dari karakter dan moral bangsa.
Mari kita beri pengakuan yang layak untuk KH Mas Abdurrahman Al Janakawi, agar semangat perjuangan beliau dalam membangun bangsa melalui pendidikan yang berakhlak mulia dapat terus mengalir, dan menjadi teladan bagi setiap generasi.
Saatnya menghormati pahlawan yang tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga menyentuh hati dan nurani kita!
***
BUNG EKO SUPRIATNO, penulis adalah Dosen Universitas Mathla’ul Anwar Banten.